Kamis, 04 Agustus 2011

Tarawih..


Baru beberapa malam saja, tarawih sudah memberikan beberapa pelajaran pada saya, selain pelajaran yang memang saya dapatkan dari para ustadz di mimbar-mimbar tausiyah tarawih. Beberapa malam ini saya sengaja mengambil posisi shaf paling belakang di masjid belakang rumah. Tujuan awalnya karena ingin membantu jamaah agar mendapatkan suasana yang lebih baik untuk khusyuk menjalankan tarawihnya, dengan ikut menenangkan kumpulan anak-anak yang seringkali riuh dengan canda dan obrolan lepas mereka.

Saya lakukan itu karena juga tuntutan tanggung jawab saya sebagai pengurus DKM. Tetapi saya juga tidak ingin anak-anak merasa kalau teguran untuk lebih tertib itu mengintimidasi mereka, sehingga mereka kapok shalat di masjid. Saya sekedar duduk diantara mereka dan sesekali meminta untuk mengurangi ketinggian suara mereka agar tidak mengganggu orang tua mereka yang tengah beribadah.

Namun ternyata dari posisi itu saya mendapat bahan renungan lain, pelajaran yang mungkin remeh, tetapi sangat pantas juga untuk disebut hikmah yang cukup berharga. Apa itu? Dari posisi itu saya jadi leluasa mengamati semua jamaah. Mengamati mayoritas orang tua yang terkantuk-kantuk, remaja yang asyik dengan handphone-nya, anak-anak yang bersemangat berinteraksi sesama mereka, satu-dua anak ada juga yang serius menyimak ustadz dan mencatat dalam buku Evaluasi Ramadhan dari sekolah mereka.

Banyak tingkah-polah dari jamaah, sayapun jika tidak konsentrasi, larut dalam arus kantuk yang seakan menyerang seisi penghuni masjid. Dari satu sisi pandang, rutinitas itulah yang membuat tarawih bagi saya menjadi begitu berkesan. Suasananya, riuh-rendahnya dan tingkah polah jamaahnya membuat bulan Ramadhan memberikan memori lain yang pantas juga untuk dikenang dan dirindui.

Saya sangat menyadari setiap segmen jamaah berdasarkan usianya merepresentasikan karakteristiknya masing-masing. Dan darinya mungkin saya bisa mencuri beberapa hikmah. Bergaul dengan banyak orang tua, pada hakikatnya akan memperbanyak referensi kita untuk belajar kebijaksanaan, kematangan emosi dan kesahajaan. Kebijaksanaan, kematangan emosi dan kesahajaan hanya didapat dari kekayaan pengalaman, kekayaan cerita dan asam garam kehidupan. Dengan belajar dari mereka kita tidak perlu mengarungi waktu selama yang mereka sudah tempuh untuk mendapatkan hikmah itu. Oleh sebab itu, hormatlah pada mereka para orang tua.

Sementara itu, anak-anak memberikan pelajaran tentang kepolosan, keterus-terangan dan semangat yang selalu menyala-nyala. Semangat mereka itu muncul dari kecintaan mereka pada semua yang mereka lakukan. Mereka semangat bermain dan sampai-sampai tidak mengenal waktu juga tidak mengenal tempat untuk bermain, karena mereka memang suka dan cinta dengan bermain. Seperti itulah dunia mereka. Itu mengapa boleh jadi nasehat yang kita berikan berkali-kali seakan-akan tidak digubris oleh mereka. Jadi tidak usah kecewa, sayangi saja mereka, berikan terus nasehat, jangan bosan.

Saya jadi suka senyum-senyum sendiri ketika prosesi tarawih selesai dengan witirnya, saya melihat para orang tua yang tadi terkantuk-kantuk di tengah sesi tausiyah kini terlihat segar untuk bergegas menuju rumah, anak-anak yang yang tadi riuh rendah bermain dan bercanda, duduk rapih mengelilingi ustadz untuk meminta tanda tangan beliau di buku Evaluasi Ramadhan mereka.

Ya, tarawih selalu menyuguhkan nuansa Ramadhan yang berbeda. Buat anda yang belum sempat merasakan pengalaman tarawih dan cita rasanya, datanglah ke masjid, nikmati riuh rendahnya dan tentu saja kekhusyukan di dalamnya.

Tidak ada komentar: