Senin, 01 Maret 2010

Belajar Dari Hujan

Berulangkali saya sampaikan diberbagai kesempatan, bahkan ketika saya sendirian pun sempat pula terlontar dari lisan kalau saya begitu suka sekali dengan hujan. Kenapa? Awalnya susah bagi saya menjawab kenapa, tetapi perlahan-lahan akal dan hati saya memiliki justifikasi mengapa saya suka dengan hujan.



Waktu saya kecil di Balikpapan, saya paling suka mandi hujan, sambil bermain bersama teman keliling kampung sekitar tempat saya tinggal. Selain mengasyikkan, hujan memberikan banyak pengalaman menarik dalam mengeksplorasi banyak hal. Dan itu sangat berkesan sekali. Itu pula yang membuat saya membiarkan aqsa anak sulung saya untuk mandi hujan kalau dia mau.

Diluar kesenangan pada hujan secara fisiknya, banyak pula kesukaan itu muncul sebagai hasil dari perenungan sederhana. Seperti logika seperti ini; pada dasarnya hujan itu hanya tetesan air, tetapi ia menjadi lain ketika tetesan air itu tidak hanya sendiri tetapi berjamaah pada satu tempat dan waktu yang sama. Frekwensi tetesan air juga menentukan apakah ia hanya hujan kecil atau gerimis, dan ada angin yang mengiringinya pun membuat hujan mejadi naik ke level yang lebih tinggi, bukan sekedar gerimis atau hujan deras tetapi menjadi hujan badai.



Lihatlah bagaimana kondisi-kondisi tertentu akibat banyaknya tetesan air, frekwensi tetesan air, atau angin membuat nama tetesan air pun berganti menjadi hujan, gerimis, hujan lebat atau badai. Sementara hujan yang sangat halus dimana tetesan airnya tidak terasa namun memiliki efek yang sama, yaitu membasahi, adalah embun. Embun pada hakikatnya tetesan air yang masih berupa udara namun suhu tertentu membuatnya menjelma menjadi air yang meliputi semua benda.

Dari filosofi ini saya belajar banyak. Tetapi satu pelajaran yang selalu mengagumkan saya adalah hikmah dibalik hujan ini. hujan ini mengajarkan bahwa sebuah pergerakan yang memiliki kekuatan yang luar biasa dan memberikan hasil yang tak kalah luar biasa adalah kerja berjamaah. Kerja yang menghimpun semua potensi dan dikeluarkan secara bersama-sama pada satu waktu dan tempat yang relatif sama, maka hasilnya akan merubah wajah dunia. Seperti hujan, kerja bersama tetes-tetes air pada satu irama, waktu dan tempat yang sama membuat tak ada sejengkal bumi pun yang tidak basah, udara menjadi lebih bersih. Bahkan dengan angin, perubahan akibat hujan menjadi lebih nyata dan berbeda.



Disamping itu, untuk alasan yang lebih pribadi, saya menyukai hujan karena hujan membuat suasana seorang diri menjadi lebih personal, lebih pribadi. Hal ini membuat renungan kontemplasi menjadi lebih jernih dan tajam, konsentrasi menjadi lebih fokus untuk mendapatkan hasil fikir yang lebih jujur. Yes i love rain...

Tidak ada komentar: