Pagi ini jika anda belum memiliki bahan renungan atau mungkin belum berniat merenung, mari sama-sama kita fikirkan tentang apa itu prestasi. Beberapa kali kita dihadapkan pada satu situasi dimana lingkungan kita begitu memuliakan orang-orang yang berprestasi; di kantor, di lingkungan tetangga, di keluarga, di pergaulan pertemanan atau ditingkat yang lebih tinggi semisal nasional atau global. Prestasi itu entah di bidang ilmu pengetahuan, olah raga, kewirausahaan, organisasi, politik, hukum dan bidang sosial-budaya. Simbol atau ukurannya mungkin berupa gelar, titel juara, kesuksesan usaha, jabatan prestisius organisasi, jabatan politis, promosi, kondite kerja atau gelar dan pencapaian tertentu secara sosial dan budaya.
Yang saya ingin ajak anda adalah merenungkan pertanyaan ini; jikalau kita memang berprestasi, benarkah itu semua prestasi kita seorang? Betulkah hanya kita seorang yang layak disanjung-sanjung? Sehingga kita begitu bangga, saat melihat banyak orang yang menatap kita dengan raut wajah penuh kekaguman. Saya ingin mengajak anda kepada satu kesadaran yang berbeda, perspektif yang tak sama dan biasa. Boleh jadi jawabannya tidak! Boleh jadi anda atau saya jika mendapatkan prestasi, itu bukanlah pencapaian atas usaha kita seorang. Prestasi itu hanyalah akibat dari akumulasi sebab oleh banyak faktor, baik yang mampu kita kendalikan maupun yang tidak mampu kita kendalikan.
Coba fikirkan, gelar master, doktor atau profesor yang kita dapatkan itu boleh jadi tidak lepas dari peran istri anda yang begitu sabarnya melayani anda, mengusahakan sekuat mungkin agar anda leluasa menyelesaikan studi anda. Istri andalah yang setiap malam sekuat tenaga mengajak main anak-anak anda agar tidak mengganggu anda menyelesaikan tahap demi tahap studi anda. Bahkan tidak jarang istri anda juga ikut browsing di internet dan literatur untuk membantu menyediakan bahan bagi anda. Nah, ini baru peran istri, bagaimana dengan orang tua, dari dana hingga doa-doa mereka, bagaimana pembimbing anda, ustadz anda, sahabat anda? Dan jangan lupa peran Tuhan anda, yang memang Beliaulah yang melancarkan semuanya, dari menjaga diri anda, menyediakan dan memudahkan semua yang anda butuhkan, menginspirasi dan memotivasi istri, pembimbing, ustadz, sahabat untuk membantu anda, sampai dengan menjawab setiap kalimat-kalimat doa anda.
Kalau sudah seperti itu, masih merasa berhakkah anda atas decak kagum lingkungan anda hanya ditujukan untuk anda seorang? Renungan dan pertanyaan yang sama juga ditujukan pada prestasi-prestasi dibidang lain, seperti olah raga, kewirausahaan, organisasi, politik, hukum dan bidang sosial-budaya. Bahkan ada faktor-faktor yang tidak terduga yang membuat kita dinobatkan sebagai orang yang berprestasi, misalnya kita menjuarai olah raga mungkin hanya disebabkan orang yang lebih jago, kuat, lihai dari kita tidak dapat bertanding karena sakit. Atau anda mendapat promosi karena orang yang sepatutnya promosi sudah keburu pindah kerja, anda menduduki posisi anggota legislatif karena menggantikan anggota lain yang meninggal dunia.
Disini saya sama sekali tidak ingin men-demotivasi siapa saja anda yang sudah berprestasi. Tetapi sekedar ingin memberikan kesadaran lain dalam hal prestasi. Kesadaran ini yang akan menjaga kita untuk selalu humble, bersahaja dengan semua yang kita alami dan miliki. Kesadaran ini memelihara kita untuk selalu memiliki sifat qona’ah dan zuhud dalam waktu yang bersamaan. Atau sebaliknya, kesadaran pada logika tadi, akan tetap mampu menjaga motivasi kita untuk terus berusaha meski prestasi itu belum dapat kita raih dan miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar