Konsentrasi uang yang terjadi akibat sebuah kebijakan moneter dalam konsep konvensional ditujukan memang menahan laju konsumsi dengan menekan jumlah uang beredar ditengah-tengah masyarakat dengan menaikkan suku bunga sehingga inflasi juga diharapkan terkendali (turun).
i naik --> Ms turun --> C turun (AD turun) --> inflasi turun (P harga turun?)
Sementara, dalam konsep Islam konsentrasi uang lebih dilihat sebagai sebuah kecenderungan sistem moneter jika sistem tersebut beroperasi berdasarkan bunga. Eksistensi bunga membuat sejumlah uang memiliki harga (kepastian return) yang selanjutnya membentuk preferensi tersendiri bagi pemilik-pemilik uang. Preferensi untuk meletakkan uang mereka di sektor yang lebih memastikan keuntungan ini tentu saja mempengaruhi mereka untuk meletakkan uangnya di sektor produktif barang dan jasa (sektor riil). Implikasi dari kecenderungan preferensi ini adalah menurunkan supply barang dan jasa, yang berakhir pada kecenderungan kenaikan harga (inflasi).
eksistensi i --> Ms (sektor riil) turun --> Investasi (riil) turun --> AS turun --> inflasi
Kedua teori diatas sebenarnya tidak kontradiktif, konvensional melihat transmisi kebijakan moneter melalui sisi demand, sementara Islam melihat dari sisi supply. Namun pada dasarnya kebijakan moneter konvensional belum memastikan turunnya harga namun boleh jadi memang menurunkan inflasi (tetapi inflasi tetap ada!). Dengan demikian, dapat disimpulkan secara sederhana kebijakan moneter konvensional mungkin tidak akan pernah mencapai sasarannya untuk menurunkan harga, namun hanya sekedar mengendalikan laju inflasi. Dengan bunga (bahkan bunga dijadikan alat kebijakan) inflasi tetap menjadi kemustian sistem ekonomi. wallahu a'lam bishawab.
1 komentar:
pak, orientasi kebijakan otoritas moneter ke arah sisi permintaan kan dilakukan karena sisi ini lah yang dapat dipengaruhi oleh otoritas moneter. Otoritas moneter tidak bisa mempengaruhi sisi penawaran karena faktor2 yang mempengaruhi sisi ini adalah faktor2 non moneter.. mohon pencerahannya
Posting Komentar