Senin, 24 November 2008

Harga Mahal Suatu Kebosanan

Mana yang kita beli, ketika ada dua pilihan dihadapan kita, membeli handphone biasa atau blackberry. Tentu yang menjadi constrain utama kita adalah budget, bagaimana kalau budget tidak menjadi masalah, apa yang menjadi constrain setelah itu? Bila norma dan pertimbangan kepekaan sosial tidak menjadi masalah pula, maka ukuran kepuasan dari sisi prestise atau gengsi tentu akan lebih dikedepankan. Ya blackberry pasti yang akan dipilih, meskipun penggunaan featurenya juga sama saja dengan yang ada pada handphone biasa; telephone dan sms saja.

Masih banyak lagi pilihan yang dilakukan manusia di dunia ini, yang jauh dari pertimbangan kemanfaatan, sehingga akhirnya uang "terbuang" percuma dalam rongsokan barang-barang mewah. Atau uang-uang lebih banyak terkurung digudang-gudang berupa barang-barang tak terpakai entah karena lecet, tak enak dipandang atau hanya karena bosan.

Pernah anda bayangkan di satu sisi ada orang yang terseok-seok sekedar untuk mencari sesuap nasi sementara pada sisi yang lain tak sedikit orang mencampakkan barang yang dibelinya hanya karena BOSAN?! bosan warnanya, bosan modelnya, bosan ini, bosan itu...

Saya berangan-angan setiap orang kaya amanah dengan harta dan keinginannya. Mereka berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Mereka lebih mengedepankan azas kemanfaatan dalam berkonsumsi, lebih mendahulukan apa yang mereka butuhkan daripada keinginan. Tetapi pada saat yang sama, ringan tangannya untuk memberikan charity bagi mereka yang tidak mampu.

Saya perkirakan potensi ekonomi dari prilaku tidak amanah pada harta ini begitu besar. Karenanya saya perkirakan "uang idle" berupa onggokan barang-barang mewah digudang-gudang, atau barang biasa yang tidak digunakan karena kebosanan pemiliknya tidak kalah besarnya dengan "uang idle" yang terkonsentrasi di pasar-pasar keuangan.

Pernahkah kita berhitung-hitung berapa usia barang yang kita beli. Usianya tentu diukur dari berapa lama anda menggunakannya. berapa usia baju dalam anda? berapa usia kemeja, jam tangan, tas, kacamata, laptop, HP, sepatu, sendal, mobil, sepeda motor, stik golf, raket tenis, atau sekedar berapa usia kesukaan anda pada barang apapun? Bukankah harga kebosanan itu mahal?

Tidak terasa ya, pernik-pernik harta yang melekat dan dekat dengan kita semakin hari semakin banyak. Akhirnya tanpa sadar perhatian kita habis tersita untuk pernik-pernik itu, bagaimana kalau kemeja kita tertumpah tinta, laptop kena virus, jam tangan pecah kacanya, HP tak bisa on, mobil tergores catnya, raket tenis putus senarnya. Waktu luang habis untuk membetulkan itu, kalau sudah letih, buang saja, taruh di gudang dan beli yang baru.

Kalaupun kita memberikan charity, berbuat baik kepada orang lain, kita pada dasarnya hanya "membuang" barang -barang yang membosankan bagi kita, karena kita juga ingin mengurangi isi gudang rumah kita. Ya, akhirnya tidak ada itu kepentingan orang lain, semuanya adalah untuk kepentingan kita, sekalipun untuk memberikan charity.

Tidak ada komentar: