Syurga. Kata yang memiliki berbagai makna pada semua tingkatan emosi. Syurga adalah tempat yang menjadi cita-cita, tujuan atau bahkan obsesi. Syurga merupakan salah satu elemen konsep hidup yang meyakini keberadaan kehidupan setelah mati. Konsep yang melimitasi keinginan manusia dan membaginya menjadi dua orientasi; hidup dan mati. Syurga juga kemudian membuat kematian menjadi bagian yang penting dalam pengambilan keputusan-keputusan hidup.
Dalam ekonomi, syurga juga tidak bisa dikesampingkan. Meskipun kesannya memiliki hubungan yang sangat jauh, tetapi menggunakan kaca-mata ekonomi Islam, keberadaan syurga menjadi sangat penting dan vital. Dengan adanya syurga, orientasi dan motivasi berekonomi menjadi terdefinisikan dengan lebih jelas. Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah (Tuhan) dalam aktifitas ekonomi menjadi memiliki alasan yang kuat dan rasional dengan wujudnya syurga.
Kenikmatan maha dahsyat yang ditawarkan oleh syurga yang bersifat kekal, menjadi “iming-iming” yang membuat manusia mematuhi segala persyaratan agar layak masuk syurga dalam hal ekonomi. Disiplin menyisihkan sebagian harta berupa zakat dan konsisten menjauhi riba menjadi persyaratan mutlak untuk dilayakkan mendapatkan sebidah lahan di syurga dengan segala fasilitanya.
Namun sangat disayangkan kebanyakan manusia tidak menggunakan logika-logika diatas. Syurga ditempatkan dilain sisi kehidupan, sehingga syurga seakan-akan dilupakan dalam aktifitas keseharian mereka. Syurga seakan-akan menjadi alasan yang terlalu berlebihan dalam ekonomi. Menyandingkan syurga dengan ekonomi dinilai terlalu memaksakan kondisi. Syurga terlalu sakral dan suci untuk dikait-kaitkan dengan kerja-kerja ekonomi, yang dipercayai sebagian manusia penuh dengan tipu daya dan muslihat.
Namun jejak-jejak keyakinan dan pengharapan pada syurga terlihat pada prilaku manusia. Lihat saja bagaimana kebanyakan manusia berusaha keras untuk mewujudkan syurga dalam hidup dan kehidupannya. Mereka membangun rumah, istana, kebun dan semua fasilitas hidupnya sedekat mungkin sama dengan obsesi syurga yang mereka persepsikan. Mereka ingin mewujudkan syurga dimuka bumi.
Namun yang menjadi masalah adalah dalam upayanya mewujudkan impian-impian itu di muka bumi, mereka tidak memperdulikan rambu-rambu yang diperkenankan oleh pemilik syurga. Yang nampak sangat jelas dari upaya itu adalah keserakahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar