Senin, 09 November 2009

Bisakah Riba Musnah?


Dalam seminar Fossei di Purwolerto, terlontar sebuah pertanyaan sederhana yang menuntut jawaban yang komprehensif dan meyakinkan. Pertanyaan itu: “apakah mungkin Riba hilang dari bumi Indonesia?” Anda sendiri mau menjawab seperti apa. saya yakin setiap anda memiliki versi sendiri-sendiri dalam merespon pertanyaan ini. Dan saya ingin menyampaikan opini saya terkait pertanyaan ini.

Ketika itu saya hanya menjawab singkat (karena waktu yang terbatas); dengan logika ekonomi menghapus riba sangat dimungkinkan, lakukan dengan menggunakan prinsip demand-supply, untuk menghilangkan peredaran suatu produk di pasar dapat dihilangkan dengan cara menghilangkan demand-nya, harapannya supply terhadap barang tersebut terhenti.

Menghilangkan riba sebagai sebuah produk pasar sepatutnya tidak dengan cara menciptakan produk subtitusi sebagai tandingan (competitor product), karena hakikatnya tak ada subtitusi produk kemaksiatan dalam pasar kebaikan. Meskipun begitu pendekatan inilah yang saat ini banyak ditempuh. Konsekwensinya adalah, banyak energi yang harus dikeluarkan untuk menciptakan produk tandingan, atau bahkan sedikit tak terkendali karena produk yang tercipta sekedar menduplikasi riba.

Sementara itu, jika strategi menghapus riba melalui mekanisme demand-supply yang diambil, diperlukan upaya-upaya keras dalam mengedukasi pasar agar demand-nya terpengaruhi. Dakwah dan tarbiyah menjadi kunci dalam pemenangan pasar dan pencapaian misi itu. Edukasi secara tepat menggunakan materi pengajaran (dakwah dan tarbiyah) yang benar menjadi penting dalam perjuangan memerangi riba.

Bagi saya, mau-tak mau prosesi upayanya harus mengikuti kaidah dakwah dan tarbiyah yang memang telah terbukti nyata dalam pembangunan peradaban Islam. Beberapa kaidah itu adalah; (i) bertahap (marhalah); (ii) menyeluruh dan dalam (syaamil mutakammil); dan (iii) berkesinambungan (istimroriyah). Mematikan demand harus dimulai dengan mematikan preferensi dan motivasi, sehingga kemusnahannya (demand) menjadi abadi (kuat). Itu mengapa edukasi melalui dakwah dan tarbiyah harus dilakukan bertahap, menyeluruh dan berkelanjutan.

Disamping itu, perlu dipahami bahwa mematikan demand melalui preferensi dan motivasinya, bermakna menghidupkan preferensi dan motivasi baru. Apa itu? Islam! Memberikan pengetahuan hakikat Islam, hakikat Tuhan, fungsi Nabi, posisi Kitab atau kepastian Akhirat, sejatinya menghidupkan preferensi dan motivasi ekonomi yang berbeda, yaitu Ekonomi Islam.

Bagaimana tantangannya? Tentu saja sangat besar dan begitu berat. Kita lihat saja dakwah dan tarbiyah hedonisme begitu bergelombang, masif, terjadi setiap saat dimana-mana tempat, bahkan dengan kefitrahannya, manusia terkesan menyambut dengan lapang dada dakwah dan tarbiyah hedonisme daripada dakwah dan tarbiyah Islam dan ekonominya.

Jikalau gelombang hedonisme diikuti oleh kelemahan jiwa yang semakin memburuk, maka tidak ada metode dakwah dan tarbiyah Islam apapun yang mampu membendungnya, kecuali Allah membantu dengan kehendak dan kasih-sayang-Nya. Itu mengapa saudara-saudara, saya meyakini ditengah kesibukan kita berjuang ini, perlu waktu kita sediakan untuk dekat dengan Allah, agar Allah selalu memudahkan jalan, memberi petunjuk dan mencurahkan kasih sayang-Nya. Mari disiplinkan shalat wajib tepat waktu, qiyam dan shiam serta disempurnakan dengan dzikir dan sedekah pagi.

Inipun belum termasuk tantangan pada pribadi-pribadi kita sebagai seorang hamba Tuhan; ujian dan cobaan yang tidak jarang membuat langkah perjuangan menjadi tersendat. Ketika maksiat dan dosa berhasil syetan paksakan pada kita, maka hal itu seringkali mematahkan atau bahkan mematikan semangat perjuangan. Tapi percayalah saudara-saudara, kita ini jamaah manusia, tidak akan pernah ada manusia yang suci, yang luput dari salah dan dosa. Tuhan sudah kabarkan bahwa Beliau sangat berbahagia dengan manusia yang selalu bertobat meminta ampun dari setiap dosa yang dilakukannya, bahkan bahagia-Nya melebihi bahagia seorang musafir yang menemukan kembali untanya yang hilang di padang pasir.

Mari benahi hati, agar kita semakin berhati-hati. Mari titi jalan perjuangan dengan segenap kuasa dan semangat, jikapun ada dosa di sela-sela perjuangan ini, semoga Allah memberikan belas kasihan-Nya. Mari saling mendoakan dan membantu, karena memang kekuatan kita terletak pada kebersamaan. Dan riba pasti bisa kita kalahkan!!

Tidak ada komentar: