Minggu, 22 November 2009

Perbankan Syariah 2009 - 2010: Pesimis/Optimis?


Mencermati data perkembangan perbankan syariah nasional, hati saya sangat pesimis, mengingat angka perkembangannya sepanjang tahun 2009, boleh jadi, akan menjadi angka pertumbuhan terendah selama ini. Kinerja keuangan perbankan syariah juga menunjukkan angka yang kurang bisa membuat kita tersenyum, misalnya angka NPF yang relatif meningkat dan posisinya melebihi rata-rata nasional pada hampir semua sektor ekonomi, kecuali pertanian.

Hantaman krisis global pada perekonomian Indonesia, menjadi dalih utama menjawab pertanyaan; mengapa bisa begitu? Tapi apa dalih ini cukup membuat kita berlepas tangan dari capaian "pas-pasan" tahun 2009 ini? Meskipun pencapaian pertumbuhan perbankan syariah 2009 ini masih jauh di atas pencapaian pertumbuhan perbankan umum secara nasional, tetapi tetap saja trend pertumbuhannya ada pada trek penurunan.

Harapannya 2009 menjadi tahun perbankan syariah ada di dasar siklus bisnis, dan artinya 2010 harus menjadi tahun bangkitnya perbankan syariah nasional. tahun 2010 akan menjadi tahun yang memberikan bukti apakah perbankan syariah mampu mengambil momen-momen pengembangan.

Apa itu? Krisis keuangan global sepatutnya menjadi angin segar bagi percepatan keuangan syariah termasuk Indonesia. Disahkannya UU No. 42 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) seharusnya menjadi milestone bersejarah bagi tumbuh dan berkembangnya perbankan syariah nasional pada tingkat yang lebih tinggi.

Selain itu, suhu politik pasca Pemilu seharusnya membuat tensi sektor riil meningkat lebih baik, akibat kepastian usaha, arah kebijakan pemerintah telah jelas terlihat serta kondisi makro lebih mapan terwujud. Kondisi ini harusnya membuat siklus bisnis perbankan syariah meningkat. Jadi 2010 seperti apa wajah perbankan syariah kita?

Berdasarkan analisis beberapa variabel makro dan kecenderungan industri, harapan-harapan diatas sangat mungkin untuk diwujudkan. Mulai bertambahnya Bank Umum Syariah (BUS) baru yang dimulai tahun 2008 seharusnya menjadi sinyal atas kepercayaan diri pada tahun 2010.

Momentum dikeluarkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah telah menghasilkan 2 BUS baru; BRI Syariah dan Bukopin Syariah. Bagaimana tahun depan? Pada beberapa kesempatan pimpinan DPbS Bank Indonesia menyebutkan ada beberapa BUS baru yang akan muncul tahun 2009 sampai 2010, seperti Panin Syariah, Jabar-Banten Syariah, Victoria Syariah, BNI Syariah dan BCA Syariah.

Sementara itu untuk UUS, khabarnya OCBC NISP dan Sinar Mas tak lama lagi akan bergabung dalam "jama'ah" perbankan syariah. Sedangkan Maybank rencananya juga akan bergabung, meskipun khabar ini perlu ditabayun validasinya. Meskipun begitu perlu diketahui jumlah lembaga bank syariah memang harus menyusut juga akibat merger, likuidasi dan peralihan bentuk lembaga, seperti UUS Lippo syariah yang merger dengan Niaga menjadi UUS CIMB Niaga Syariah, UUS IFI harus tutup karena likuidasi dan UUS BEI yang tutup karena peralihan BEI menjadi lembaga bukan bank.

Tanda-tanda geliat industri juga diindikasikan oleh agresifnya perbankan syariah mengembangkan jaringan kantornya tahun ini dan tahun depan. Persaingan yang ketat, di level size bisnis juga SDM diharapkan membuat pertumbuhan perbankan syariah memasuki area "next level of growth".

Diluar analisis organik industri diatas, diharapkan industri ini mendapat mesin baru untuk tumbuh melalui kebijakan-kebijakan pemerintah, seperti adanya bank BUMN yang menjadi syariah atau keberpihakan pada Bank Syariah dalam pengelolaan perbendaharaan negara dan publik; misalnya pengelolaan eksklusif dana haji oleh bank syariah.

Hmmm... entah kapan ya... mimpi saya Bank Syariah menjadi trend setter industri perbankan terkait dengan size industri, pelayanan, produk, transparansi dan variabel lainnya dalam industri perbankan nasional.

Tidak ada komentar: