Selasa, 10 November 2009
Logika Langit dan Logika Bumi
Kombinasi kemampuan kerja (ikhtiar) dengan pertolongan Allah (tawakkal) dalam prinsip kerja manusia shaleh mencerminkan penyatuan logika bumi dan logika langit dalam rasionalitas mereka. Keyakinan pada kehendak Allah atas semua realita hasil kerja sama kuat dan sama pentingnya dengan kerja-kerja mewujudkan sesuatu.
Bahkan kehendak Allah telah memiliki rambu-rambu atau bahkan mekanisme dan arahan yang spesifik. Kehendak Allah itu bahkan sudah begitu vulgarnya, misalnya Beliau sudah janjikan bahwa barangsiapa yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, Allah akan lipatgandakan rizkinya, barangsiapa yang menolong agama Allah Allah akan tolong dia dan masih banyak lagi.
Keyakinan pada Allah berikut kehendak dan janji-janji-Nya, sudah sepatutnya menjadi kekuatan manusia shaleh. Janji Tuhan harus menjadi logika yang sama shahihnya dengan logika dunia. Janji Tuhan bahwa sedekah melancar dan melipatgandakan rizki seharusnya menjadi keyakinan yang sama atau bahkan lebih besar dari keyakinan mendepositokan uang di bank syariah akan memberikan keuntungan bagi hasil.
Meyakini logika-logika langit memang membutuhkan energi ekstra. Karena keyakinan pada Tuhan dan percaya pada janji-janji-Nya membutuhkan kondisi hati dan jiwa yang spesial. Keyakinan ini merupakan hasil dari pelatihan dan tempaan pada hati dan jiwa.
Menurut saya keyakinan itu dapat diterima oleh seorang manusia dengan utuh ketika ia mampu memelihara kebersihan hati dan kecerdasan akal dengan baik. Dua modal ini menjadi syarat agar manusia menerima dengan lapang dada kehendak-kehendak Tuhan, dan kemudian ia jadikan pedoman dalam bekerja dan menyikapi hasil kerja.
Mengapa ini penting? Karena kerja-kerja kebaikan pada dasarnya kerja yang mengkombinasikan harapan manusia dan kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, manusia tidak hanya fokus dan hanya bersandar pada usaha-usaha yang dilakukan, tetapi ia juga harus bersandar pada keinginan Tuhan. Karena manusia shaleh tahu betul bahwa hanya kehendak Tuhanlah yang terbaik bagi dirinya.
Ingat firman Tuhan dalam sebuah hadits Qudsi:
Wahai hamba-Ku engkau berkeinginan Akupun berkeinginan
Jika engkau tidak sandarkan apa yang engkau inginkan pada-Ku
Maka akan aku berikan kamu keletihan dan kesengsaraan
Jika engkau sandarkan apa yang engkau inginkan pada-Ku
Maka akan aku cukupkan apa yang engkau butuhkan
Sesungguhnya yang terjadi itu apa-apa yang Aku inginkan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar