Seringkali musibah terjadi di saat hari baru saja dibuka, dan semua baru saja dimulai. Semangat yang baru saja dipompa harus mendadak surut akibat amarah terpancing atau kelesuan yang menyeruak akibat musibah tiba-tiba hadir mengganggu kenyamanan kita. Bagi pengendara motor atau mobil musibah yang mudah sekali terlihat dan tentu terasa adalah musibah tabrakan, baik ditabrak maupun menabrak.
Kesulitan yang membangkitkan amarah atau kelesuan bukan cuma karena pagi-pagi sudah mendapat susah akibat bersitegang dengan orang lain, tetapi juga karena melihat goresan, penyokan atau hancurnya kaca, lampu dan bentuk-bentuk kehancuran lainnya. Belum lagi kalau di ujung kericuhan itu ternyata harus juga berurusan dengan polisi. Duh musibah pagi ini seperti menghentikan semua harapan meski hari baru saja dimulai.
Untuk semua saudara yang pernah, sedang atau (insya Allah) akan mengalami musibah ini, mungkin ada baiknya menata dan mempersiapkan hati dengan memahami hakikat musibah itu. Dengan pemahaman itu, harapannya kita akan lebih ikhlas menerima musibah atau bahkan dengan keluasan pemahaman kita mampu menjadikan musibah itu sebagai suntikan semangat baru dalam menghadapi hari dan masa depan.
Musibah pada dasarnya adalah penggugur dosa, penebus siksa atau sekedar tanda bahwa Sang Penguasa Dunia, masih sayang pada kita penanggung musibah. Musibah menjadi pembebas kesalahan, pemurnian fitrah tanpa memerlukan upaya do’a atau pertaubatan. Begitu sayangnya Tuhan pada beberapa hamba-Nya, sampai-sampai dosa-dosa mereka digugurkan tanpa menunggu si pendosa memohon ampunan untuk dimaafkan dan dikasihani. Musibah-musibah pagi itu menjadi kado-kado istimewa bagi mereka yang dikasihi Tuhan Penguasa Alam.
Oleh sebab itu, mahfumlah pada hakikat ini, jangan undang musibah lain yang hakikatnya berbeda dari musibah pagi ini karena penyikapan kita yang salah. Bersyukurlah karena Tuhan masih “menengok” kita dengan kasih sayang-Nya berupa musibah ini. jangan takabur dan kemudian musibah lanjutannya semakin dahsyat dan dahsyat, dimana hakikatnya bukan lagi kasih sayang tetapi azab. Jika demikian maka azab berbentuk musibah itu merepresentasikan kemurkaan dan amarah Tuhan. Oleh karenanya, jika memang syukur telah rutin kita lakukan, keinsyafan selalu hadir dipenghujung renungan, maka sya mengajak saudara semua untuk tersenyum menghadapi musibah pagi ini.
Kepada Allah terkasih Yang Maha Kasih, kasihanilah kami. Telah sekian kali kami tidak lulus dari ujian-Mu, meski Engkau inginkan kami belajar dari kesalahan dan menjadi semakin kuat dikemudian hari, tetapi tidak bosan pula kami meminta, agar jangan Kau berikan kami ujian yang tidak mampu kami hadapi, berikan kekuatan kami untuk menghadapi semua peristiwa pada sisa usia kami. Dan kami bersaksi bahwa kesabaran menjadi kekuatan luar bisa yang terus kami pelajari dan coba dapatkan. Duhai Allah tersayang bantu kami...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar