Rabu, 05 Mei 2010

Go Indonesia!


Dihantam badai kasus century, Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani seakan mendapat satu hari menyejukkan setelah permintaan sebagai Direktur Bank Dunia oleh lembaga tersebut disetujui Presiden SBY. Seorang kawan bertanya, ditengah ketidakmampuan kita mengetahui informasi benar dan salah dalam kasus century, kenyataan ini apakah patut dibanggakan?

Dalam tulisan ini, saya tidak ingin menjawab pertanyaan itu. Yang saya tahu kenyataan apapun yang terjadi semua adalah atas izin Allah yang dapat merepresentasikan cobaan, ujian, nikmat atau bahkan kehinaan. Dan rasanya saya harus mampu menahan diri untuk tidak tergoda melakukan ghibah atau fitnah terkait dengan kenyataan ini. cukup bagi saya untuk mengatakan saya tidak memiliki pengetahuan, data informasi akurat mengenai benar dan salah atau bangga dan tidak bangga.

Tapi yang menjadi konsekwensi dari kenyataan inilah yang bagi saya menarik untuk dicermati. Atau jika memungkinkan bagi kita yang mampu, dapat berkontribusi memberikan sumbang saran siapakah sosok yang tepat menjadi juru mesin bidang keuangan dari bahtera megah Indonesia ini. seseorang yang mampu memberikan kemampuannya, keahliannya atau sedikit kecerdikannya agar tatakelola keuangan negara mampu secara maksimal mengidupkan mesin bahtera Indonesia.

Bagi anda putra bangsa, sepesimis apapun penilaian anda pada negeri ini, rasanya anda tidak mampu membantah kenyataan bahwa bangsa ini telah secara perlahan tapi pasti menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia bahkan di dunia. Bukti bertahannya Indonesia dari badai ekonomi/keuangan maha dahsyat awal abad 21 ini, menjadi tolak-ukur yang membanggakan siapapun penghuni kolong dunia Indonesia ini. Indonesia menjadi satu dari 3 negara (disamping China dan India) yang mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif dengan tingkat yang relatif tinggi.

Tingkat konsumsi yang seringkali dipandang oportunis sebagai penggerak ekonomi ternyata mampu menggerakkan dan menggairahkan sektor riil domestik dengan sektor UMKM sebagai sektor dominan usaha nasional. Prestasi yang bagi saya lebih sebagai skenario blessing Tuhan atas negeri ini. Karena tanpa disadari pemimpin-pemimpinnya dan tanpa sebuah perencanaan ekonomi yang disengaja menuju bentuk dan level ekonomi Indonesia yang ada saat ini, ternyata rangkaian krisis lalu (1998 & 2005) memaksa struktur pekerja untuk terjun berjamaah meramaikan sektor UMKM. Disamping itu, kenyataan pahit yang lalu itu mengajarkan manusia-manusia indonesia untuk semakin nasionalis dalam prilaku ekonominya, yang kemudian membuat bergairahnya sektor usaha domestik.

Prestasi sektor usaha riil nasional tergambar pada tingkat margin yang relatif tinggi dan cukup bersaing diantara negara-negara kawasan Asia-Tenggara atau Asia-Pasifik sekalipun. Lihatlah berlomba-lomba perusahaan asing masuk ke Indonesia, membeli aset-aset bangsa ini, masuk menjadi pelaku ekonomi dari hulu sampai hilir, dari sektor usaha besar sampai kecil dan mikro. Ya usaha produktif Indonesia kini mulai bangun dari tidurnya, untuk tampil mewujudkan semua potensi yang dimilikinya.

Oleh sebab itu, dibenak saya putra bangsa terbaik yang pantas menduduki juru mesin keuangan Indonesia adalah dia yang memiliki kemampuan mengusung sektor usaha riil, yang memiliki kepekaan dan keberpihakan, kecerdasan sekaligus keahlian. Disamping itu, kedepan, rasa nasionalisme pada tingkat militansi yang maksimal tidak kalah pentingnya untuk dimiliki oleh orang pilihan ini. Hal ini agar pembangunan memiliki skala dan bentuk yang tepat bagi bangsa. Orang pilihan ini harus percaya diri pada irama pembangunan bangsa sendiri, kemandirian bangsa diletakkan sebagai sasaran pembangunan utama. Keluhuran budi, kejujuran dan disiplin sepatutnya menjadi asumsi dasar karakter pribadi orang pilihan ini. Siapa dia? Saya berdoa Tuhan munculkan ia diantara kita, dan pilihan pemimpin yang berkuasa semoga jatuh padanya.

Seorang senior pernah mengingatkan saya bahwa analisa saya terhadap ekonomi nasional itu terlalu overestimate, hiperbolis atau sedikit lebai. Saya jawab, bahwa saya merasa nyaman menjawab dengan irama analisa seperti ini, daripada saya jawab dengan analisa moderat yang berujung pada kesimpulan pesimistik yang terlalu underestimate, dengan nuansa hiperbolis yang juga relatif lebai.

Disamping memang saya pikir, orang Indonesia tidak seharusnya selalu dibuat pesimis. Sudah waktunya bagi mereka untuk optimis, bersemangat dan tidak terjebak untuk selalu mengasihani dirinya. Seminar, konferensi, artikel, kuliah umum, workshop atau forum dialektika ilmu apapun seharusnya tidak berujung pada pelesuan semangat yang kemudian menghentikan kerja-kerja perbaikan bangsa, hasrat berkontribusi dan kebanggaan pada anugerah Tuhan berupa Indonesia ini. Pelesuan semangat berjamaah bangsa ini secara perlahan membentuk karakter bangsa komentator, pengumpat, penggunjing, karakter-karakter penonton atau pecundang. Karakter bangsa seperti ini adalah karakter yang menjadi penghalang untuk maju. Jadi, saya ingin tegaskan saya sudah letih dengan gaya respon seperti itu.

Tidak ketinggalan saya ingin mengajak pemuda-pemuda Indonesia di ujung zaman ini, ketidaknyamanan anda pada negara ini, pada bangsa ini, bukanlah alasan yang membuat anda mengutuki nasib dan takdir anda berada di tanah air ini. Anda dihadirkan pada zaman ini, di tanah ini, sebagai anda, adalah sebuah kemuliaan yang diberikan Tuhan untuk mengambil peluang kemuliaan membangun bangsa dan negara ini. Karena, saya yakinkan pada anda, bahwa memang negara ini memiliki takdir untuk megah dan sejahtera. Dan anda punya kesempatan itu untuk menjadi pemahat-pemahatnya.

Indonesia, anda memiliki kemegahan alam dengan semua makna indah berkumpul di dalamnya, anda memiliki bangsa pekerja keras yang mampu menghadirkan senyum dengan kehangatan persaudaraan bagi siapapun. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi anda untuk tidak menjadi negara terkemuka yang menawarkan pada dunia sebentuk kemakmuran yang berkumpul didalamnya semua makna kesejahteraan pada semua dimensinya. Go Indonesia.

2 komentar:

Tamalogic mengatakan...

Sebenarnya Inti dari Artikel Anda ini apa Ya? saya sama sekali kurang memahami. Anda Mempersepsikan diri anda sebagai Malaikat dalam hal ini dan menjustifikasi pembaca Artikel anda. atau mungkin hanya sekilas mengenai pendapat-pendapat anda mengenai cara memandang realitas ekonomi negara kita sekarang ini. tapi saya suka semangat positip anda dalam memandang kondisi ekonomi negara kita, tapi kenapa harus diawali dengan fragmen "Sri Mulyani"?? apa hubungannya...

PENGURUS mengatakan...

hehehe... mungkin mas Tama harus siap juga dengan artikel yang tanpa ada inti. baca dan nikmati. kalo nda bisa dinikmati. saya cuma minta maaf mungkin ini konsumsi untuk orang yang iseng. atau setidaknya diri saya sendiri. hehehe... dalam berpersepsi tidaknya ini hanya sudut memandang, karena boleh jadi mas Tama yang mempersepsikan saya berpersepsi sebagai malaikat atau meraba-raba kalau saya menjustifikasi pembaca artikel saya. kok saya jadi pusing ya... hehehe... kenapa diawali fragmen Sri Mulyani? ga tau juga ya, saya menulis mengalir aja... jika mas Tama tidak memiliki selera yang sama anggap saja ini tulisan dengan gaya brownian motion/random walk/drunken fist.. but anyway... makasih banget...