Senin, 13 September 2010
Gaya Hidup “Malam 1000 Bulan”
Subuh tadi saya lihat langit sangat cerah, bintang-bintang bertaburan dengan cahayanya yang selalu mempesona. Teringat saya pada memori Ramadhan yang baru lalu. Kalau pemandangan seperti ini ada di Ramadhan pasti malam tadi sudah “dituduh” sebagai lailatul qadr. Mereka pemburu malam itu, memang selalu sensitive dengan fenomena malam , khususnya pada akhir-akhir Ramadhan. Seperti yang pernah saya sampaikan dalam tulisan lalu, yang kemudian menjadi kekhawatiran saya adalah beralihnya konsentrasi mereka dari focus bermunajah kepada Allah menjadi sekedar berjaga-jaga melihat situasi malam. Eh, saya berprasangka ya?! Maaf ya, semoga apapun niat kita mengunjungi malam Ramadhan, Allah dengan kebijakannya Yang Maha Bijaksana memberikan semua keberkahan yang kita harapkan.
Tapi kali ini ada sesuatu yang ingin saya sampaikan. Jika saja definisi malam qadr itu adalah malam dimana kita memperoleh keberkahan, hidayah, kesadaran pada Tuhan, maka pada dasarnya malam seperti itu kita bisa pungut pada malam-malam di semua malam di luar Ramadhan. Tinggal saja kita mau menyempatkan diri untuk menyendiri di pojok malam, menjumpai Tuhan, mengetuk pintu-Nya dengan shalat malam. Dan kemudian dalam sujud atau setelah shalat kita bisa lantunkan semua harapan dan permintaan. Begitulah mungkin prosesi menjumpai dan mendapatkan lailatul qadr.
Hal ini saya fikirkan untuk menentramkan kegelisahan saya, yang muncul karena kekhawatiran tidak menjumpai malam itu pada Ramadhan yang baru saja berlalu. Padahal para alim, para ustadz sudah sering mengingatkan berkali-kali, bahwa malam itu memang luar biasa tapi yang terpenting adalah mereka yang menjumpai malam itu, pada hari-hari selanjutnya menjadi manusia yang lebih baik. Menjadi pribadi yang lebih bersahaja, beribadah lebih banyak dan konsentrasi yang konsisten sama baiknya pada kematian dan kehidupan. Dan boleh jadi, malam qadr yang dia sudah dapatkan, ia jaga dan pelihara disetiap malamnya, melalui pelaksanaan prosesi ibadah ketika mendapatkan malam itu pada setiap malam.
Menghidupkan malam, memakmurkan malam dengan shalat special, doa special dan air mata special, hadir hampir setiap malam. Saya jadi teringat kisah seorang sahabat yang matanya hamper-hampir buta karena seringnya matanya bengkak karena tangisan keharuan dan ketakutan pada Tuhan. Atau kisah seorang mulia yang dikisahkan sampai-sampai dipipinya seperti telah terdapat kerutan-kerutan khusus untuk aliran air matanya yang memang begitu seringnya menetes. Atau ada manusia mulia yang lain, yang demi menjaga konsentrasinya pada ibadah dan hari akhir, ia selalu membawa-bawa kain kafannya kemana saja ia pergi. Atau ada mereka yang tidak pernah lagi menyisakan uang di sakunya atau harta di rumahnya, karena uang dan hartanya sudah berada ditangan mereka yang lebih membutuhkan kecuali semua itu ada untuk makan secukupnya atau hidup sederhana.
Inilah gaya hidup baru yang mungkin harus saya atau anda hidupkan. Gaya hidup “malam 1000 bulan” mungkin begitu gaya hidup ini kita namakan. Gaya hidup yang akan merubah diri, merubah keluarga, merubah masyarakat, atau bahkan merubah bangsa, tergantung pada semasif apa manusia-manusia yang berubah. Tapi memang gaya hidup ini bukan gaya hidup yang efektif untuk dipamerkan, seperti gaya hidup trendy, populis, selebritis, materialis. Gaya hidup ini, ibadahnya saja afdhalnya disembunyikan dengan rapi, yang “dipamerkan” hanya kesahajaan, kesantunan, kesederhanaan, semua itu tidak menarik untuk dipamer-pamer. Bahkan beberapa orang akan merasa bersalah dan kotor hatinya, jika sampai ada orang lain melihat kesahajaan dirinya. Gaya hidup ini memang pantasnya hanya dipamerkan pada Tuhan.
Tertantang untuk melakukannya? Atau mengadopsinya menjadi gaya hidup untuk sisa usia kita? Mungkin ada baiknya kita list semua bentuk-bentuk amal shaleh yang mencerminkan gaya hidup itu. Dari sedekah pagi, tersenyum, mempersilakan kendaraan dibelakang mendahului, atau kendaraan di depan memotong, menolong mereka yang membutuhkan dengan semua kemampuan kita, meminjamkan pulpen, buku, uang atau kendaraan, menyisihkan pakaian layak pakai, sepeda yang tidak pernah terpakai, sebagian mainan anak yang semakin hari-semakin menggunung, atau sekedar menyebarkan email lowongan kerja pada siapa saja yang mungkin membutuhkan. Duh, anda pasti punya list yang lebih panjang. Gaya hidup “malam 1000 bulan”, menarik bukan? Apalagi kalau kita memang yakin ga dapat malam itu Ramadhan kemarin, tapi kita jalankan saja praktek-prakteknya menjadi gaya hidup. Siapa tahu, melihat kegigihan kita ini, Tuhan kasihan pada kita dan kemudian Beliau jumpakan kita dengan malam special ini pada Ramadhan nanti, meski saya tahu anda akan lebih lega jika kasihan Tuhan itu membuahkan bukan sekedar malam qadr, tapi syurga. Sssst saya juga gitu kok.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar