Provokatif ya judul di atas? Biarin ah, ga ada yang salah kan dari judul itu? Bukankah tingkatan dosa riba lebih besar dari makan daging babi, bukankah skala kerusakan akibat riba juga lebih besar dan luas dibandingkan babi, dan bukankah riba kini lebih dekat dengan keseharian kita, “kandang”-nya bertebaran dimana-mana sementara kandang babi tidak setiap tahun kita lihat. Kalau sudah begitu, maka pertanyaan selanjutnya adalah, kalau anda super sensitif dengan babi, sampai-sampai pakai sepatu kulit babi saja anda ga rela (padahal bukan untuk dimakan), kenapa anda tidak sensitif dengan riba?
Kegundahan ini sebenarnya saya sudah ungkapkan pada beberapa tulisan, hanya saja saya kurang puas. Maaf ya, kalau saya terkesan sangat cerewet. Tapi tidak ada motif saya kecuali amar ma’ruf nahi munkar sebatas kemampuan saya. Lewat tulisanlah saya bisa ungkapkan apa yang menjadi kegelisahan saya melihat ketidakpantasan-ketidakpantasan dalam berekonomi. Salah satunya adalah praktek riba ini.
Banyak ketidak-konsistenan yang saya perhatikan dari mereka yang secara hati berpihak pada aplikasi ekonomi Islam, tetapi praktek mereka tidak menunjukkan keberpihakan itu. Mereka yang bahkan dalam diskusi begitu retorik dan heroik membela ekonomi Islam tetapi dalam memenuhi kebutuhan pribadi, mereka dengan segala justifikasi yang mereka punya melakukan praktek riba.
Haram,haram, haram, dosa besar! Masih tidak cukupkah peringatan-peringatan itu. Tidakkah peringatan itu membangun derajad kejijikan pada riba yang sama atau bahkan melebihi dengan jijik anda kepada babi, atau alkohol sekalipun. Tulisan ini hanya ingin menyinggung komitmen anda, saya, kita. Komitmen yang menghidupkan perjuangan ekonomi Islam. Jika ternyata ada yang meremehkan komitmennya dengan melanggar keyakinan utama ini, maka sama saja anda berkhianat pada perjuangan ekonomi Islam ini. maaf kalau saya harus ucapkan ini; jika anda terus berkhianat, andalah beban dari perjuangan, yang telam membuat perjuangan menjadi lebih berat, yang membuat kemajuan perjuangan menjadi lebih lambat, karena anda! Dan kalau sayapun melakukan hal yang sama, saya pun bergelar pengkhianat pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar