Setelah Tunisia, Mesir, Yordania dan Yaman, kini ditengarai demonstrasi akan dimulai pula di Suriah dan Aljazair. Jika hal ini benar-benar membesar dan bergejolak seperti yang terjadi di Mesir, maka betul-betul wajah Timur Tengah akan berubah. Pusat peradaban Islam akan memiliki bangunan politik yang lebih baik, bahkan dalam jangka panjang dimungkinkan sebuah aliansi yang lebih kompak, mengingat demokrasi akan membuat kepentingan kawasan tersebut lebih digerakkan oleh kemashlahatan rakyat.
Pada kondisi yang lalu dengan tiran-tiran yang otoriter, kepentingan setiap negara Arab lebih ditentukan oleh ego para pemimpinnya, sehingga kekompakan kawasan Arab menjadi susah untuk diwujudkan. Tetapi kondisi itu menyamankan negara barat (Eropa dan Amerika), mengingat kepentingan ekonomi pada bisnis perusahaan multinasional mereka yang tersebar di negara Arab, kepentingan politik pada hegemoni Barat terhadap kawasan-kawasan strategis khususnya di jazirah Arab, dan kepentingan ideologis pada eksistensi Israel terhadap tanah suci Nasrani, Yahudi dan Islam di Palestina. Semua itu merupakan representasi kekuasaan Barat atas peradaban modern.
Oleh sebab itu, kondisi tiran di jazirah Arab terkesan tidak tersentuh oleh kampanye HAM dan Demokrasi barat yang menjadi senjata ampuh dalam menekan negara mana saja yang tidak kooperatif dengan Barat.
Dan ternyata, kini sejarah menggeliat merubah kelaziman yang telah tertanam berpuluh-puluh tahun. Kekuatan rakyat bangkit, dan implikasinya tentu akan berpengaruh pada perubahan gerak serta orientasi politik, ekonomi atau bahkan ideologi. Israel memahami betul kecenderungan itu, oleh karenanya mereka mulai gerah dan mencoba mempengaruhi dunia untuk segera turun tangan. Atas nama kestabilan kawasan mereka mencoba meyakinkan barat agar segera menggunakan pengaruhnya untuk men-drive sejarah kearah yang cukup aman bagi kepentingan barat dan Israel.
Disinilah liciknya, manusia-manusia durjana Israel, mereka berkoar-koar mengingatkan kestabilan kawasan yang terancam jika sampai pergolakan terjadi di seluruh kawasan Arab, padahal dalam keadaan "stabil" yang mereka maksud itu, mereka leluasa membantai saudara-saudara kita di Palestina, tak ada hari tanpa mayat Palestina di tanah Gaza dan Tepi Barat. Artinya ketidakstabilan membuat ulah mereka menjadi tidak leluasa lagi, apalagi jika ketidakstabilan itu menghasilkan penguasa-penguasa baru tanah Arab yang beraliansi pada ideologi Islam, maka bayangkan apa yang akan terjadi dengan Israel.
Jadi kini bayangkan ketakutan Mereka. Mesir, Yordania, Suriah dan Lebanon adalah negara-negara yang mengepung israel (sementara di utara diseberang laut Mediterania sudah ada Turki yang lebih dulu dibebaskan kediktatoran politiknya oleh partai Islamis). Bayangkan jika negara-negara itu berada di tangan para penguasa yang menjunjung tinggi kehormatan dan harga diri Islam, mengusung persaudaraan Islam diatas segala kepentingan. Bayangkan ketakutan mereka akan terusir kembali dari negeri yang telah menyatukan bangsa Yahudi selama 50 tahun terakhir. Saat ini juga bukanlah saat yang menyenangkan bagi Israel mengingat sekutu-sekutu setia mereka di Eropa dan Amerika cenderung sedang sibuk dengan masalah ekonomi mereka yang masih terpuruk akibat sisa-sisa krisis keuangan global.
Harus diakui bahwa yang terjadi di jazirah Arab, kalaupun nanti terjadi perubahan, itu semua merupakan perubahan yang dramatis, perubahan yang cukup mengejutkan, bukan hanya mengejutkan para musuh perubahan, tetapi juga mengejutkan mereka-mereka yang mengusung perubahan. Tetapi saya sangat yakin, siap-atau tidak siap bangsa Arab harus menghadapi perubahan ini, dan boleh jadi inilah "hadiah" Tuhan bagi mereka disana. sekali layar terkembang, pantang surut ketepian!!
1 komentar:
Posting Komentar