Sahabat Ali Bin Abi Thalib r.a pernah mengungkapkan kalimat kurang lebih seperti ini; tanyalah aku sebelum aku tidak ada diantara kalian. Kalimat beliau ini saya yakin dilisankan tidak dengan motivasi takabur apalagi narsis, tetapi lebih berlatar belakang membantu kesulitan orang lain, beliau ingin membantu memecahkan masalah orang lain, disamping memang Sahabat Ali merupakan salah satu sahabat paling cerdas, penuh dengan ilmu. Konon Rasulullah SAW saja pernah berkata kurang lebih menunjukkan keutamaan Sahabat Ali Bin Abi Thalib, kata Nabi Aku ini gudangnya ilmu dan Ali merupakan kuncinya.
Saya bukannya ingin mengajak anda semua menjadi seperti Sahabat Ali Bin Abi Thalib, tidak semua orang memiliki bentuk dan tingkat kecerdasan yang sama. Saya juga tidak ingin mengatakan kalau saya Ali yang seperti itu, saya Ali yang lain. Yang saya ingin adalah mengambil pelajaran dan juga mungkin berguna untuk anda, yaitu pelajaran untuk dapat selalu menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lain. Keberadaan kita mampu menyemangati orang lain, membantu meringankan atau bahkan menyelesaikan masalah mereka.
Jangan sampai keberadaan dan ketiadaan kita tidak menambah atau mengurangi value added bagi manusia lain, atau naudzubillah, keberadaan kita malah menambah beban orang lain dan ketiadaan kita malah meringankan hidup mereka.
Berkacalah pada waktu masa lalu, pada sejarah-sejarah yang telah ditoreskan dalam buku-bukunya. Manusia-manusia mulia sebelum kita, kemuliaannya direfleksikan oleh kemanfaatan dirinya bagi manusia disekitarmereka. Sementara pada diri mereka sendiri, mereka tidak peduli berapa kemanfaatan yang sudah mereka berikan, tidak ada limit, tidak juga ada batasan marginal utility-nya; dimana semakin banyak kemanfaatan yang sudah dia lakukan maka semakin sedikit yang ia ingin korbankan untuk bisa melakukan lebih banyak kemanfaatan. Manusia mulia itu sangat rakus mengambil semua kesempatan untuk memberikan kemanfaatan, tidak ada semangat yang menurun apalagi sampai diminishing return.
Seperti yang pernah diungkap oleh Almarhum Sheik Tarbiyah Ustadz Rahmat Abdullah, orang-orang mulia itu tidak pernah menghitung-hitung kebaikan yang sudah dilakukan bagi manusia lain, tetapi menghitung-hitung keburukan yang telah dilakukannya pada orang lain. Mereka juga tidak menghitung-hitung keburukan orang lain yang dilakukan pada dirinya, tetapi menghitung-hitung kebaikan orang lain yang diberikan padanya.
Namun yang menjadi pertanyaan saya, apa yang mampu membuat mereka memiliki semangat tiada habisnya, motivasi yang terjaga ketinggiannya, dan sumber-sumber amal shaleh selalu kaya? Seperti yang pernah juga saya tuangkan dalam tulisan sebelum ini, boleh jadi kekuatan itu datang dari rasa cinta yang teramat besar pada Tuhan dan harapan yang tak terhingga pada janji-janji-Nya, sehingga waktu tidak bisa mengurangi apalagi membunuh semangat dan motivasi mereka. Disamping itu, memang dengan kasih sayang-Nya (yang terkadang sangat misterius), Tuhan memberikan kesempatan tiada batas bagi mereka untuk melakukan kebaikan-kebaikan, menyebarkan kemanfaatan-kemanfaatan. Mungkinkah kita memiliki itu semua? Mampu mencintai Tuhan diatas semua yang ada di muka bumi dan mampu mendapatkan cinta dan kasih sayang Tuhan, sehingga didepan kita telah terhampar kebaikan-kebaikan yang ringan untuk kita sebarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar