Minggu, 18 Desember 2011

Penjahat Perang Vs Penjahat Ilmu

Baru saja saya membaca berita penarikan penuh tentara US dari bumi Irak. Mereka meninggalkan tanah Irak yang porak-poranda, meninggalkannya setelah ratusan ribu korban rakyat Irak berjatuhan, mereka tidak mungkin disebut membangun Irak, mereka menghancurkan negeri itu selama lebih dari 9 tahun. Saya pikir cukup layak jika mereka digelari penjahat perang.

Tetapi baru saja saya berfikir, jikalau seorang atau sekelompok orang memberikan buah fikirannya tentang konsep ekonomi, namun ternyata buah fikiran itu telah membuat orang kaya semakin kaya, dan orang miskin semakin papa, apakah layak juga mereka digelari penjahat ilmu.

Buah fikirannya lebih dilandasi oleh syahwatnya daripada ketundukannya pada sumber pengetahuan dunia. Akibat buah fikiran seperti itu, prilaku manusia semakin jauh dari bersahaja, manusia menjadi lebih serakah, menjadi sangat individualistik-materialistik, dan akhirnya menciptakan kekacauan sistem kehidupan. Korban yang ditinggalkan bukanlah korban-korban tewas karena peluru yang bersarang di tubuhnya, tetapi korbannya berupa kemiskinan, pengangguran, kelaparan, kesenjangan dan konflik-konflik sosial. Sekali lagi, layakkah mereka yang mengaku intelektual itu digelari PENJAHAT ILMU?

Tidak ada komentar: