Kamis, 29 Desember 2011
Namanya juga amal shaleh bukan hasil shaleh
Beramal shaleh untuk mendapatkan dan menumpuk pahala? Apa seperti itu kelazimannya? Bagaimana kalau beramal shaleh tidak untuk pahala, tidak ada korelasi dan motivasi pahala. Tetapi beramal shaleh untuk menggugurkan dosa. Kenapa? Banyak alasannya. Pertama, karena saya, anda, kita semua pasti punya dosa. Kedua, belum tentu amal itu bersih dan layak diganjar pahala. Ketiga, mitigasi risiko fitrah kemanusiaan yang selalu salah, sehingga boleh jadi penambahan dosa jauh lebih besar dari penambahan pahala. Menarik? Ya terserah konsep berfikir dan kenyamanan hati pada konsep itu.
Yang pasti saya sedang memiliki banyak waktu untuk merenungkan konsep-konsep hidup, dan bagaimana melaksanakannya. Saat ini saya sedang terpaku, berfikir dan berdiskusi dengan diri sendiri tentang hakikat amal-amal kebaikan. Misalnya lintasan fikiran seperti ini: ngotot dengan proses, bukan ngotot dengan hasil. Namanya juga “amal shaleh” bukan “hasil shaleh”. Jadi konsentrasi saja dengan amalnya, dengan prosesnya, dan tak perlu habiskan energi untuk kesal karena hasilnya.
Aneh ya, waktu dihabiskan dengan renungan-renungan seperti ini. Tapi setidaknya untuk saya, kesimpulan-kesimpulan renungan itu membuat saya mampu mengendalikan diri, tidak larut pada satu sikap yang menurut saya sia-sia. Bersumber dari renungan-renungan semacam ini, rasa kecewa dan sedih saya lebih memiliki korelasi kuat dengan proses amal, bukan dengan hasilnya. Saya akan lebih kecewa dan sedih jika saya gagal melaksanakan setiap kesempatan amal shaleh atau tidak mampu maksimal di dalam prosesnya, dibandingkan dengan kecewa karena hasil yang tidak sesuai harapan. Meski saya masih harus terus belajar untuk membiasakan diri dengan kelaziman ini.
Saya masih terus berusaha untuk meyakinkan diri, baik hati maupun akal sehat saya, bahwa hasil itu lebih bergantung pada kehendak Tuhan. Bahkan kita mampu melaksanakan amal shaleh saja itu atas izin Tuhan, ya bergantung pada kehendak Tuhan juga. Jadi sebenarnya yang eksis di muka bumi ini hanya kehendak Tuhan saja. Selebihnya hanya debu atau lebih remeh dari itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar