Mungkin kita selalu sadar, bahwa ada perubahan prilaku ekonomi manusia dalam bulan ramadhan, termasuk prilaku kita. Pada Ramadhan mudah bagi kita untuk menyisihkan harta untuk manusia lain yang tak berada. Pada bulan itu juga mampu kita menahan nafsu untuk tidak melayani nafsu harta; berfoya-foya, mengkonsumsi barang yang haram atau bertransaksi riba. Di penghujung Ramadhan kita tunaikan kewajiban zakat sebagai penegas bahwa manusia yang tak berada mendapatkan sedikit harta untuk dapat menikmati hari raya.
Pada tingkat negara, pemerintah memastikan transaksi barang dan jasa jauh dari unsur kemaksiatan. Pemerintah memastikan infrastruktur publik berfungsi melayani kebutuhan Ramadhan masyarakat secara cepat, mudah dan murah.
Nah kalau memang seperti itu, pernahkah kita sadar bahwa selama satu bulan Ramadhan kita secara berjamaah telah melaksanakan ekonomi Islam, meskipun pada tingkat yang mungkin minimal. Tapi setiap tahun kita lakukan itu, dan bentuk ekonomi Islam mewujud pada Ramadhan. Padahal diluar Ramadhan kita berupaya keras untuk mewujudkan konsep ekonomi itu.
Nah kalau memang seperti itu, Kenapa diluar Ramadhan kita malah merubah prilaku? Kenapa Ramadhan tak tersisa pada tindakan dan tingkah laku? Lucu ya. Tampaknya ketika Ramadhan kita tak benar-benar sadar, kita seperti di hipnotis. Saat hari raya kita tersadar dan terbangun, tetapi lupa dengan apa yang telah Ramadhan lakukan pada kita. Ternyata Ramadhan itu tak lebih dari sekedar mimpi. Akhirnya kita sendiri bingung dengan apa yang kita mau...
1 Syawal 1429 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar