Minggu, 14 September 2008

SUKU BUNGA DAN INFLASI (2)

Dari penjelasan sebelum ini, ingin dipahamkan bahwa bunga pada tingkat dan dinamika tertentu akan menyulut inflasi. Alih-alih ingin menekan inflasi, jika tidak tepat menyikapinya, bunga malah akan berakhir pada kondisi pemeliharaan inflasi. Kecenderungan ini dapat terjadi melalui situasi seperti financial detachment atau pada situasi supply side rigidity. Akhirnya bunga tidak lagi menjadi instrumen pembantu menuju perbaikan, tetapi menjadi katalis perusakan perekonomian yang kronis.

Oleh sebab itu, sangat relevan untuk mulai mempertimbangkan penciptaan lingkungan ekonomi tanpa kehadiran bunga. Hal ini berasumsi bahwa bunga hanya menjadi variabel pengganggu stabilitas dan pertumbuhan. Selanjutnya peran bunga akan digantikan oleh variabel lain yang bersumber dari aktifitas ekonomi riil (seperti real rate of return, expected return, dsb). Dengan demikian, dalam situasi normal inflasi (termasuk juga deflasi) secara genuine menjadi implikasi dari interaksi dua kekuatan besar pasar, yaitu permintaan dan penawaran.

Artinya, pencegahan terhadap tingkat inflasi yang berlebihan dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian pada kekuatan permintaan dan penawaran. Dalam keadaan normal populasi manusia yang cenderung bertambah akan selalu meningkatkan permintaan secara agregat dan tentu akan mendorong kenaikan harga. Hal yang pantas untuk dilakukan dalam situasi ini tentu melakukan upaya peningkatan penawaran barang dan jasa di pasar. Jika kemampuan sektor swasta terbatas merespon peningkatan permintaan, maka tugas pemerintahlah yang diharapkan berperan untuk meningkatkan jumlah supply melalui perangkat-perangkat kebijakannya. Jenis kebijakan yang dikenal umum adalah kebijakan fiskal dan moneter. Seperti apa kebijakannya dalam situasi perekonomian tanpa bunga?

Kebijakan fiskal mungkin tidak akan berbeda jauh dari yang umumnya dikenal, yaitu kebijakan yang bermain dengan insentif dan disinsentif variabel bagi pelaku ekonomi melalui instrumen pajak dan sejenisnya. Sementara, absensi bunga membuat instrumen kebijakan moneter sedikit berbeda dari yang lazimnya dikenal, yaitu instrumen sertifikat-sertifikat investasi yang memiliki underlying projek-projek usaha (mungkin umumnya projek-projek infrastruktur yang memang dibutuhkan oleh negara). Keberadaan sertifikat investasi ini berfungsi mendorong peningkatan barang dan jasa pada sisi supply yang mampu mengimbangi kenaikan demand dan secara signifikan mampu memelihara tingkat keseimbangan, stabilitas sekaligus pertumbuhan tanpa harus menanggung tingkat inflasi yang berlebihan.

Tidak ada komentar: