Sabtu, 27 September 2008

Moral dan Ekonomi

Sorotan pada keserakahan pelaku pasar di industri keuangan Amerika yang saat ini sedang hangat dibicarakan membuat banyak pihak mulai menyadari bahwa etika prilaku menjadi penting dalam ekonomi. Hal ini boleh jadi merupakan konsekwensi mahal yang harus ditanggung oleh ekonomi konvensional. sejak awal ekonomi konvensional telah menyingkirkan elemen moral dari sistem ekonomi. Ekonomi hanya digerakkan dan diukur oleh parameter yang terukur. Sementara moral dipandang sebagai sesuatu yang abstrak yang tak menarik untuk dijadikan parameter ekonomi. Fakta ini jauh-jauh hari telah disebutkan oleh para penyokong utama atau bahkan founding fathers ekonomi, seperti Adam Smith (Theory of Moral Sentiment) dan Alfred marshall (Principles of Economics).

Mereka secara eksplisit telah mengeluarkan moral dalam khasanah keilmuan ekonomi. dan ternyata kini masalah utama dari ekonomi adalah moral buruk para pelaku pasar. Dan moral buruk itulah segala teori ekonomi menjadi tidak relevan atau bahkan tersungkur dalam jurang yang mereka gali sendiri. Ketika krisis telah ada disekitar mereka, mereka tidak memiliki teori apa-apa untuk ditawarkan sebagai obat bagi krisis ini, kecuali peraturan-peraturan yang semakin banyak dan rumit yang bertujuan membatasi prilaku para pelaku.

Kini ketika ekonomi konvensional modern mulai concern dengan moral, apa rujukannya? apa standardnya? Apa yang menjadi dasar bahwa suatu perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk? selama ini mereka hanya mengandalkan pasar. Baik atau buruk selalu dilihat apakah perbuatan itu bisa diterima pasar atau tidak. Kebingungan ini tentu akan menjadi tantangan yang paling besar bagi para ekonom konvensional. Apalagi agama telah diragukan kebenarannya dalam pergaulan modern.

Tidak ada komentar: