Kamis, 18 Juni 2009

Ekonomi Islam dan Kepentingan

Ikhwatifillah, tidak ada motivasi yang lebih besar dan lebih utama dari motivasi idiologi di dunia ini. Hanya motivasi idiologi yang mampu membuat manusia merelakan jiwanya. Dan idiologi Islam merupakan motivasi dahsyat yang kekuatannya tidak terikat pada dunia yang fana (sementara).

Motivasi Islam tidak terikat pada tempat dan zaman, dengan segala implikasi, konsekwensi dan ukuran-ukuran tertentu dari dunia, waktu dan zaman. Motivasi Islam akan membuat ruang lingkup kepentingan manusia menembut batas-batas dunia (beyond). Disamping itu, kepentingan manusia juga tidak hanya sebatas pada materi tetapi kenyamanan emosi dan hati.

Oleh sebab itu, kepentingan manusia akan jelas bentuk dan arahnya berdasarkan motivasi Islam ini. Dengan Islam kepentingan manusia sifatnya akan holistik. Artinya tidak parsial berdasarkan peristiwa atau objek, sehingga pamrih (kepentingan) tidak akan berbeda-beda tergantung peristiwa dan objeknya. Dengan kata lain, kepentingan manusia menjadi kekal pada semua kejadian dan objek.

Poin penting memang terletak pada motivasi. Bahkan motivasi dapat menentukan kadar pengorbanan yang rela manusia berikan pada sebuah usaha. Dan tidak jarang pengorbanan dalam kerangka Islam dapat menjadi bagian dari motivasi itu sendiri. Dengan begitu, pengorbanan mampu menambah energi motivasi. Motivasi juga menentukan kualitas kerja dan proses-prosesnya. Islam akan membuat kerja menjadi sepenuh jiwa dan kemampuan.

Ekonomi Islam harus diakui muncul dari motivasi Islam dalam beraktfitas ekonomi. Itu mengapa, implikasi motivasi pada kepentingan akan menjadi kepentingan dengan karakteristik seperti yang telah dijelaskan di atas. Yaitu kepentingan ekonomi yang konsisten pada apa yang menjadi kepentingan Islam. Kepentingan ekonomi yang yang ruang lingkupnya melampaui tapal batas dunia. Kepentingan ekonomi tidak hanya fokus pada pencapaian materi tetapi juga value (nilai-nilai keshalehan).

Sehingga kepentingan ekonomi dalam konsumsi, produksi, distribusi, kebijakan, infrastruktur, ketetuan, dan elemen-elemen lain dalam ekonomi akan konsisten dengan patern kepentingan Islam.

Dengan skala tertentu menggunakan ukuran kepentingan Islam ini, mengidentifikasi derajat keselarasan/konsistensi aktifitas ekonomi yang sedang dikembangkan dan dilakukan dengan kepentingan Islam akan mudah dilakukan. Artinya dengan parameter kepentingan ini, dapat diketahui gap antara kondisi ideal dengan realita pada semua aspek ekonomi. wallahu a'lam.

Tidak ada komentar: