Mungkin sadar atau mungkin sengaja tak menyadarkan diri, banyak sekali orang merasa berhak untuk lebih membusungkan dada hanya karena handphone-nya lebih mahal dari orang lain, mobilnya lebih mewah, rumahnya lebih luas, jabatannya lebih tinggi, gelarnya lebih banyak, pakaiannya lebih keren atau sekedar usianya lebih panjang.
Dan mungkin saja orang-orang yang utama, yang shalatnya selalu berjamaah di masjid, infak-shadaqahnya tidak putus setiap hari, atau puasa dan qiyamullail secara disiplin, memang tak akan pernah membusungkan dadanya, karena akan menyalahi motivasi mereka melakukan keutamaan itu semua. Mereka sadar tak boleh membusungkan dada.
Hingga akhirnya kita lihat sikap angkuh dan tidak santun itu dominan di sekitar kita. Sikap yang sebenarnya membuat udara di sekitar menjadi lebih panas. Kebersamaan dan senyum yang semuanya hanya artificial.
Lihatlah.. Hampir-hampir semua sikap diukur dengan kemegahan. Orang akan lebih mudah senyum dengan mereka yang punya mobil daripada yang lewat dengan motor. Orang akan lebih ringan menyapa jika yang di depannya adalah CEO perusahaan, atau seorang guru besar universitas bonafid, atau seorang politikus anggota dewan yang terhormat.
saya, anda, kita semua, ternyata seperti itu bukan? hanya bedanya ada yang sadar dan ada yang tidak sadar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar