Selasa, 30 Juni 2009

kita tidak kemana-mana

di sela hiruk-pikuk kemegahan dan semangat usaha ekonomi saat ini, ada yang mengatakan pada saya kalau tujuan ekonomi Islam hanya sekedar utopia, obsesi tanpa perhitungan dan kemampuan. ekonomi Islam hanya sekedar representasi kejenuhan dari kondisi ekonomi yang tak tahu menuju kemana, atau representasi ketidakmampuan baik individu maupun sistem yang selalu termarginalkan oleh peristiwa-peristiwa ekonomi.

untuk keraguang seperti ini, saya ingin katakan ini: saya tidak ragu atas kebenaran yang terkandung dalam nilai dan sistem Islam. karena ekonomi Islam memiliki logika yang utuh tentang hakikatnya, tujuannya, definisinya, tentang prilaku manusia, tentang interaksi bersama atau tentang kebenaran ekonomi yang sesungguhnya.

fikirkan sekali lagi, kalau saja prinsip marginal utility itu menjadi kecenderungan sistem bukankah pada tataran prilaku ekonomi akan menderita karena semua pelakunya menjadi serigala yang selalu lapar. jika ada serigala yang terluka atau terkulai lemah (baca: miskin dan papa), maka ia akan menjadi santapan empuk bagi serigala yang lainnya. dan sistem (ekonomi) akhirnya kita lihat hakikatnya menggunakan hukum rimba yang primitif dan barbar, yang kemudian kita dalihkan itu dengan sebutan manis "mekanisme pasar".

melihat dari perspektif ini saja saya terkadang tersenyum pahit, karena ternyata sejarah manusia tidak pernah beranjak dari tempatnya. karena seiring dengan waktu manusia baik individu maupun kolektif tidak pernah menjadi lebih baik. prilaku dan interaksi mereka sama, mereka memakan atau dimakan. hidup dan kehidupan manusia tidak pernah menjadi lebih baik dan mulia. kita masih ada di tempat yang sama, tempat dimana sudah ratusan atau bahkan ribuan ummat sudah pernah hancur karena ulah mereka.

Tidak ada komentar: