Selasa, 02 Juni 2009

Ekonomi Halal Vs Ekonomi Islam

Unemployment rate in Europe 9.2% equal to 20.8 million people are in unemployed, highest in 10 years. Industri penerbangan Eropa terkena hantaman yang paling kuat, dimana kebanyakan maskapai penerbangan Eropa mengalami kerugian atau penurunan kinerja. Kerugian sepanjang tahun lalu mencapai USD 230 million berdasarkan data Budget Airline. Khabar ekonomi mulai membaik, sepertinya menjadi angin syurga yang sangat tidak beralasan.

Dalam hati saya masih terus berharap-harap keadaan disana semakin memburuk, dengan harapan ia akan memberikan semangat lain bagi pendekar-pendekar dakwah yang sudah banting tulang menyebarkan keyakinan mereka, bahwa ekonomi dengan hukum Tuhan dan moralnya adalah ekonomi yang paling tepat bagi manusia. Kecenderungan fakta ekonomi Amerika dan Eropa masih kuat menuju pada kondisi kebangkrutan. Hal ini membuat hati saya masih berbunga-bunga, berharap-harap mimpi akhir zaman dapat segera terwujud, yaitu berdirinya peradaban Islam terutama aspek ekonominya.

Tapi dilain sisi, saya masih terus prihatin dengan kondisi ekonomi di Indonesia. Bukan karena situasi pengangguran yang masih tinggi atau kemiskinan yang masih menggurita. Tapi lebih karena orientasi bisnis dan paradigma sukses hidup pelaku ekonomi yang masih berujung pada kemegahan harta, kelengkapan fasilitas hidup, dan semua bentuk kenikmatan-kenikmatan dunia. Orientasi dan obsesi seperti ini jangan menjadi tujuan ekonomi Islam. Jika ini terjadi, maka ekonomi Islam menjadi sempit sekedar menjadi ekonomi halal. Ekonomi yang dijalankan dengan cara-cara syariah tetapi tujuannya tidak beda dengan ekonomi modern saat ini, yaitu menumpuk-menimbun kemegahan harta dan menikmati sepuas-puasnya. Bukan menjadikan ekonomi dengan semua implikasi hartanya sebagai alat memaksimalkan kemanfaatan diri bagi manusia lain dalam kerangka optimalisasi kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar: