Rabu, 06 Januari 2010

Militansi Ekonomi Islam


Memperlakukan medan perjuangan ekonomi Islam layaknya medan jihad menjadi cukup beralasan saat ini. Dengan segala bentuk variasi dan intensitas tantangannya, perjuangan menghidupkan ekonomi Islam bak kisah perang yang menyuguhkan banyak drama. Saya berlebihan? Mungkin juga, karena tulisan ini memang dimaksudkan untuk memprovokasi siapa saja yang sudah jenuh dengan kebohongan dunia modern atau siapa saja yang tulus ingin menapaktilasi gaya hidup orang mulia terdahulu.

Perjuangan ekonomi Islam saat ini, saya lihat masih harus dituntaskan di wilayah prilaku ekonomi. perjuangannya bertujuan menancapkan panji-panji idealisme Islam, berupa nilai-nilai tauhid dan akhlak, dalam prilaku-prilaku ekonomi. idealisme dan akhlak Islam diharapkan menjadi pedoman dan referensi setiap preferensi prilaku ekonomi.

Coba bayangkan jika keputusan-keputusan membeli barang atau memakai suatu jasa tertentu digantungkan dengan pertimbangan kemashlahatan, seperti peduli pada sesama, dibutuhkan atau tidaknya. Mungkin secara akumulatif prilaku itu akan membuat wajah ekonomi yang berbeda.

Musuh utama dalam perjuangan prilaku ini, tentu saja adalah nafsu berupa keserakahan dan kekikiran. Sementara ajaran materialistik, individualistik dan konsumeristik harus dihapus dari paradigma berpikir semua pejuang ekonomi Islam. Karena ajaran itu menjadi simbol-simbol keserakahan dan kekikiran ekonomi. Butuh kesungguhan, tekad, motivasi dan usaha yang keras untuk dapat mengikis keserakahan dan kekikiran dalam prilaku.

Pertama harus ada perubahan keyakinan dan paradigma. Selanjutnya dibutuhkan keikhlasan menerima akhlak-akhlak Islam sebagai rujukan tunggal berprilaku ekonomi. Kemudian mulai membiasakan prilaku-prilaku amal Islami yang mampu menutup keserakahan dan kekikiran, seperti gemarkan infak, biasakan bersedekah, budayakan berbagi hadiah, rutinkan meringankan urusan orang lain dan bentuk-bentuk amala lainnya. Jangan lewatkan satu hari kecuali sudah ada kebaikan berupa infak atau sedekah atau bahkan sekedar menyingkirkan batu dari jalan dan tersenyum, pada pagi atau sorenya.

Militansi melalui disiplin prilaku ekonomi yang Islami ini akan berujung pada kesantunan dan kesahajaan ekonomi. Keluhuran budi akan menjadi nilai yang diusung oleh ekonomi. Dan ini adalah keniscayaan. Kita sanggup mewujudkan ekonomi seperti ini. Yang dibutuhkan saat ini adalah pejuang-pejuang yang bersedia mengorbankan kenikmatan-kenikmatan dunianya, menggantinya dengan kehidupan sederhana. Kesederhanaan hidup itu selanjutnya menjadi senjata mereka dalam menghidupkan ekonomi Islam, menjadi senjata dakwah berupa ketauladanan hidup, menjadi kampanye tak henti dari ekonomi Islam.

Tidak ada komentar: