Kamis, 28 Januari 2010

Perhatikan...


Pernahkah perhatikan wajah langit yang setiap harinya selalu berubah? Wajah langit selalu tidak sama setiap hari setelah penciptaannya dulu, entah berapa juta tahun yang lalu. Seberapa banyak Tuhan punya refrensi wajah langit?

Pernahkah perhatikan semut yang lalu lalang di kamar mandi? Ternyata koloni semut itu punya sarang di kamar mandi, meski kita selalu bertanya darimana makanan dia dapatkan padahal kamar mandi selalu terlihat bersih. Begitu misterinya logika rizki yang Tuhan sudah genapkan bilangannya.

Pernahkah perhatikan pengemis yang masih bisa tertawa dan bercanda, meski hidup terus menghimpit mereka? Atau perhatikan orang-orang kaya yang wajahnya menunjukkan stress yang jauh dari makna bahagia? Mungkin karena himpitan sudah memenuhi seluruh hidup pengemis, sampai-sampai ia tidak lagi merasa itu sebuah himpitan. Sementara hidup orang kaya penuh dengan masalah sehingga kelebihan rizki baginya bukan lagi suatu keistimewaan yang bisa disyukuri atau bahkan dibanggakan.

Memperhatikan dan kemudian mengambil makna, sebuah pekerjaan yang sering kita abaikan. Itu mungkin yang membuat hati kita tidak peka dengan keadaan di sekeliling kita. Atau jangan-jangan karena itulah mulai sedikit manusia yang konsisten pada kebenaran-kebenaran yang telah sampai pengetahuan itu pada mereka.

Memahami setiap kejadian dan peristiwa, dari satu saat ke saat selanjutnya, lamat-lamat akan menyadarkan kita pada satu hal, yaitu Tuhan memiliki logikanya sendiri. Logika itu tertuang dalam kalimat-kalimat-Nya yang terangkum dalam Qur’an maupun yang terhampar di alam semesta. Logika Tuhan yang saya pahami tertuang dalam Islam. Bersama dengan Islam artinya kita akan dan harus selalu siap dengan logika yang tidak jarang misterinya terungkap di akhir sebuah peristiwa. Bentuk memahami logika boleh saja berupa syukur, karena harapan kita sejalan dengan logika itu, atau berupa penyesalan ketika harapan berhadap-hadapan dengan logika.

What I am trying to say is, sisihkanlah waktu untuk sekedar memperhatikan dan kemudian mencari-cari makna di belakangnya. Cara ini mungkin mampu meredakan dan mengurangi rasa gundah, gelisah, stress atau bahkan kecewa dengan semua yang kita alami. Atau cara ini mampu mengembangkan rasa sabar dan ikhlas yang memang saat ini mulai punah dari hati para manusia.

Kepada saudaraku, para mujahid dakwah, lihatlah kerja-kerja kita, terkadang kita juga gagal memahami logika Islam dalam kesibukan kita menegakkan panji-panji Islam. Tarbiyah belasan tahun atau puluhan tahun bukan jaminan kita mampu menyikapi dengan benar ujian Tuhan yang hanya berdurasi 2-3 menit. Sehingga tetap saja andalan kita adalah petunjuk dan perlindungan Allah SWT. Keyakinan yang semakin tebal pada kekuasaan Tuhan bukan hanya pada sekedar pada rizki, jodoh dan usia, tetapi juga pada semua peristiwa yang melingkupi hidup manusia, dari membukanya kelopak mata, hembusan nafas hingga pada hasil kerja dan kematian, haruslah menjadi logika kita atau bahkan menjadi reflek kita. Dengan begitu, Tuhan selalu ada bersama kita.

Duhai Tuhanku yang Agung yang Maha Perkasa, jauhkan rasa bosan dari hati kami untuk selalu bersimpuh di serambi-serambi suci-Mu...

Tidak ada komentar: