Senin, 04 Januari 2010

Syahadatain


Satu bahasan tauhid yang jarang sekali diulas, salah satunya adalah syahadatain. Apa fungsinya, tujuannya dan konsekwensi-konsekwensi yang dituntut dari syahadatain, menjadi bahasan yang hampir-hampir dilupakan oleh majelis-majelis ilmu. Tulisan ini ingin mengisi kekosongan itu, yaitu menyampaikan secara sederhana apa fungsi, tujuan dan konsekwensi sebuah kalimat dahsyat yang kita kenal dengan syahadatain.

Fungsi syahadatain secara garis besar, antara lain adalah (QS. 4:41 , 2:143 )

Pintu masuk ke dalam Islam (QS. 7:172 , 47:19 ); syahadatain (syahadat) menjadi prasyarat dari status keislaman seorang manusia. Syahadat menjadi pintu gerbang seseorang untuk mendapatkan banyak kelimpahan anugrah dan kasih sayang dari Allah SWT. Dengan syahadat, seseorang diangkat status kemanusiaannya menjadi manusia yang “dipandang” oleh Allah SWT, dimana amal shaleh sekecil apapun memiliki potensi terkucurnya rahmat dari Allah SWT. Tanpa syahadat seorang manusia menjadi tidak memiliki nilai. Tanpa syahadat amal shaleh mereka sebesar dan semulia apapun dinilai Allah seperti debu-debu yang berterbangan.

Intisari ajaran Islam (QS. 21:25 , 45:18 ); syahadat menjadi hakikat Islam. Syahadat merefleksikan sebuah ketundukan total kepada Tuhan termasuk dengan ketentuan-ketentuan-Nya (syariat Islam). Syahadat menjadi pedoman atau referensi bentuk-bentuk penghambaan berupa prosesi ibadah yang benar, kaidah-kaidah dan prinsip-prinsipnya serta nilai-nilai akhlaknya. Puncak dari setiap amal shaleh dan ketaatan manusia kepada Tuhan adalah penyerahan hidup dan kehidupan manusia secara total kepada Allah SWT yang menjadi makna dari kalimat syahadat.

Konsep dasar reformasi total (QS. 6:122 , 13:11 ); dengan syahadat seorang manusia merubah dirinya dari makhluk yang tidak memiliki nilai, menjadi makhluk yang sempurna. Karena kesempurnaan fisik dan jiwa kemudian dilengkapi oleh kemuliaan nilai, pedoman, tuntunan atau ajaran yaitu Islam melalui pintu transformasinya berupa syahadat.

Hakikat da'wah para Rasul (QS. 21:15 , 3:31 , 6:19 , 16:36 ); syahadat sebagai sebuah ajaran ketundukan pada Tuhan Yang Maha Tunggal dan Berkuasa, menjadi hakikat ajaran yang disampaikan oleh seluruh Nabi dan Rasul. Dari sejak Nabi dan Rasul pertama hingga penutupnya, hakikat dakwah dan pedoman risalah yang mereka bawa adalah makna yang terkandung dalam syahadat ini. Berdasarkan fakta ini pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa kehancuran kehidupan manusia yang selalu terjadi sepanjang sejarah pada intinya berawal dari kelalaian mereka pada pesan syahadat, yang akhirnya tergambar pada kehancuran praktek-praktek kehidupan manusia, baik pada aspek ibadah, akhlak maupun ketentuan hukum kehidupan.

Keutamaan yang besar (Hadits: Man qala Lailaha illallah, dakhalal jannah; barangsiapa yang mengucapkan “Tiada tuhan selain Allah” akan memperoleh syurga); janji Allah melalui lisan Rasulullah seperti yang telah terekam dalam hadits tadi, mengindikasikan keutamaan dan besarnya bobot kalimat syahadat. Bagaimana tidak, dengan syahadatlah keutamaan lain dalam ibadah dan amal shaleh yang dilakukan manusia menjadi memiliki nilai (berat) di hadapan Allah SWT.

Nah, dengan kejelasan makna syahadat bagi kita ini, masihkah kita meremehkan kalimat mulia ini, atau bahkan sampai melalaikan konsekwensi-konsekwensinya dan menggadaikannya dengan kenikmatan-kenikmatan semu dunia. Duhai manusia, syahadat adalah anugrah terindah dan terbesar yang dihadiahkan kepada semua manusia Islam, maka mari jaga, pelihara dan tunjukkan pada Allah SWT bahwa kita sangat bertanggung-jawab terhadap anugerah ini.

Tidak ada komentar: