Selasa, 12 Januari 2010

Berhitung-Hitung Kebaikan


Sheikhuttarbiyah, Ust. Rahmat Abdullah pernah mengatakan kurang lebih seperti ini, jangan ingat-ingat perbuatan buruk orang lain padamu, tapi ingat-ingat perbuatan burukmu pada orang lain, jangan ingat-ingat perbuatan baikmu pada orang lain tapi ingat-ingat perbuatan baik orang lain padamu. Nasehat ini sungguh bermakna. Intinya, selalu ingat perbuatan buruk kita dan perbuatan baik orang lain. Mungkin maksudnya agar kita menjadi orang yang tidak menjadi beban orang lain dan tahu menghargai manusia lain serta bersyukur pada Allah SWT.

Tapi kali ini saya mungkin ingin berkata lain, saya ingin mengajak untuk berhitung berapa besar kebaikan yang dapat muncul dari satu perbuatan baik yang selama ini kita anggap remeh. Bagi sebagian besar orang uang 500 rupiah bukanlah seberapa, atau bahkan ada yang menilai ia bukan lagi menjadi uang dan sudah tidak layak ada di kantong atau dompet saku kita. Biasanya uang senilai itu sudah berserakan disekitar kita, di lantai, di kursi mobil, di laci lemari dan tempat-tempat ga penting lainnya.

Coba sedikit merenung berapa besar kekuatan 500 rupiah itu, berapa banyak cabang-cabang kebaikan yang bisa ia berikan bagi kita. Boleh jadi 500 perak itu bisa menggenapkan uang seorang pengemis yang bermaksud membeli obat untuk ibunya, dan dari keberkahan obat itu ibu itu sembuh dan dapat membuat dirinya shalat dengan normal kembali, dapat mencari nafkah lebih layak yang boleh jadi menghentikan anaknya menjadi pengemis sehingga dapat bersekolah kembali. Lihat berapa cabang kebaikan yang sudah anda dapatkan dari 500 perak yang anda sedekahkan.

Lihat disekitar kita, dari barang-barang atau uang yang kita punya itu, memiliki potensi untuk memuliakan kita di hadapan Allah SWT. Kandungan kemanfaatannya sudah menunggu anda untuk diambil dan disebarkan. Mari lakukan sebanyak dan sebaik mungkin, mumpung masih ada kesadaran dalam jiwa kita, mumpung masih ada akal sehat dan nurani yang selalu membuat kita memahami pesan-pesan kebaikan di sekitar kita.

Demi Allah, seharusnya tak perlu ada satu orang manusiapun di dunia ini yang harus berbuat maksiat untuk sekedar mengisi perutnya dengan makanan, jika orang-orang kaya yang diamanahkan harta dunia padanya tidak asyik dengan keserakahan mereka. Lihat ibu-ibu yang menggendong anak diperempatan-perempatan jalan, anak-anak kecil bahkan balita berkeliaran di trafic light, pemuda-pemuda yang terpaksa atau sukarela menjadi preman-preman di stasiun dan terminal-terminal, gadis-gadis belia yang menjajakan tubuhnya di gang-gang sempit kota hingga dusun-dusun pelosok desa, itu semua bukanlah pemandangan biasa yang tidak menuntut tanggung jawab kita.

Kesempatan yang diberikan Allah pada kita untuk melihat pemandangan itu saja sebenarnya sebuah anugerah berupa potensi atau kesempatan bagi kita untuk melakukan sesuatu, hatta sekalipun sekedar 500 perak yang dapat anda berikan buat mereka. So, jangan lewatkan pagi tanpa sedekah anda, jangan lewatkan hari tanpa kebaikan-kebaikan. Setelah itu, kita berharap Allah berikan kita belas kasihan-Nya untuk menghadapi hari Maha Dahsyat di Pengadilan Akhirat. Dan akhirnya, saya ucapkan dengan penu harap kalimat ini: sampai jumpa di pintu sedekah gerbang mulia Syurga yang Maha Indah.

1 komentar:

Willy Mardian mengatakan...

Ulah ngitung kebaikan

ulah oge ngumbar kesalahan


syukran pak tausyiahnya