2008 baru beberapa jam berlalu di belakang kita, 2009 sudah ada di tangan, mau kemana? Hampir semua ekonom memperkirakan tahun ini merupakan tahun terberat dalam 10 tahun pertama abad 21, merujuk pada kondisi perekonomian dunia. Gelombang krisis ekonomi yang bermula di US akan "menampar" negara-negara lain dengan lebih sakit. Triwulan pertama 2009 merupakan ujian terberat bagi negara manapun. Indonesiapun masuk dalam perkiraan ini.
Dalam menatap 2009, banyak yang ingin kita ketahui, boleh jadi diantaranya perekonomian nasional dan kondisi perekonomian pribadi. Seperti apa kondisi ekonomi Indonesia pada masa mendatang, setidaknya satu tahun kedepan. Berdasarkan perkiraan beberapa ekonom, perekonomian Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan. perlambatan terjadi di sisi ekspor, konsumsi dan investasi. Oleh sebab itu, beberapa analis meminta insentif kebijakan dari pemerintah dalam meningkatkan sektor riil domestik, seperti berupa kebijakan pajak yang kondusif dan projek-projek infrastruktur yang mampu meredam penurunan investasi dan konsumsi.
Ukuran Kemanfaatan
Tetapi menggunakan kaca mata ekonomi syariah, pemandangan apa yang sepatutnya ada di depan kita mungkin tidak seperti yang telah diperkirakan. Pertama-tama mungkin ukuran kesuksesan ekonomi dulu yang kita ganti. Jangan gunakan standard yang selama ini anda gunakan dalam menilai ekonomi konvensional. Jangan gunkaan ukuran-ukuran bersifat fisik yang dimiliki ekonomi modern. Gunakan standard yang bersandar pada ukuran kemanfaatan.
Jika anda menggunakan standard konvensional, boleh jadi anda merasa bahwa tahun lalu mengalami kemajuan dalam hal kekayaan, pencapaian pribadi dan lain sebagainya. Tetapi menggunakan standard kemanfaatan (syariah), mungkin saja anda tidak maju kemana-mana, atau bahkan sebenarnya anda mundur terus kebelakang.
Seperti yang telah disebutkan di atas ukuran yang akan digunakan disini adalah "kemanfaatan", merujuk pada prinsip "manusia terbaik diantara kalian adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain" (Rasulullah Muhammad SAW). Prinsip ini tentu akan mengilhami penilaian dan pengukuran ekonomi baik pribadi maupun kolektif kita sebagai bangsa.
Kemanfaatan Ekonomi Individual
Dalam konteks pribadi, yang kemudian kita ingin perkirakan adalah seberapa manfaat anda secara ekonomi pada tahun 2009 ini. Dari kekayaan berupa uang tunai, ukurlah seberapa banyak pengeluaran anda berupa Zakat, infak, sedekah atau wakaf. Pada aspek sejenis, seberapa banyak hadiah yang anda keluarkan dalam meningkatkan jalinan ukhuwwah. Seberapa banyak pinjaman yang anda sudah keluarkan untuk membantu mereka yang tengah kesulitan, atau seberapa banyak utang anda akan berkurang pada tahun ini.
Dari kekayaan tetap yang anda miliki, berapa banyak mobil anda telah digunakan untuk membantu orang lain, seperti mengantar tetangga yang sakit, mengunjungi keluarga atau teman untuk silaturrahim, atau bentuk kemanfaatan lainnya. Jika anda punya tanah, rumah, motor, HP, Laptop, dan lain sebagainya, ukurlah kemanfaatannya bagi orang lain.
Sebagai lawan dari variabel-variabel positif itu, anda juga bisa mengukur, berapa tingkat utang anda, ketergantungan anda pada infak atau sedekah orang lain, atau bahkan dari zakat para muzakki. Selanjutnya anda juga bisa mengukur-ukur, berapa banyak harta atau kekayaan anda yang bertumpuk tanpa pernah digunakan, perhiasan, baju, kerudung, sajadah dan lain-lain.
Menggunakan standard konvensional seperti pendapatan (disposable income), boleh jadi posisi anda semakin membaik karena pendapatan anda semakin meningkat, tetapi dari sisi kemanfaatan mungkin anda "jalan di tempat", atau bahkan mengalami kemunduran, karena zakat, infak, sedekah anda semakin menurun atau karena utang anda semakin menggunung, sementara kekayaan menganggur anda semakin menumpuk.
Tahun 2009 ini seperti seperti apa rencana peningkatan kemanfaatan ekonomi diri anda? Sudahkan pengeluaran-pengeluaran berupa zakat, infak sedekah dan lain sebagainya telah masuk dalam resolusi anda, agenda dan pembukuan pribadi anda tahun ini? Meskipun mengukur kemanfaatan diri tidak sebatas ekonomi, tapi dapat saja diukur berdasarkan waktu, pikiran dan tenaga anda. Namun tulisan ini khusus membahas kemanfaatan ekonomi saja.
Kemanfaatan Ekonomi Kolektif
Kemanfaatan ekonomi kolektif pada dasarnya berangkat dari prilaku-prilaku individual yang mengedepankan ukuran kemanfaatan ekonomi. Dan prilaku-prilaku individual akan terakumulasi dalam prilaku kolektif, sehingga pengukuran kemanfaatan ekonomi kolektif mungkin dapat dilihat dari seberapa jauh efek prilaku individual tersebut. Misalnya seberapa jauh zakat, infak, sedekah mampu menurunkan angka-angka masalah sosial seperti kriminalitas, pelacuran, pengemis dan gelandangan.
Dengan demikian, kini lihat saja angka-angka kriminalitas, pelacuran, pengemis dan gelandangan, bagaimana perkiraan angkanya tahun 2009. Disamping itu, dapat saja ukurannya kemudian dispesifikkan dengan melihat data-data rasio dana sosial terutama zakat (karena bersifat wajib). Misalnya rasio zakat dengan muzzaki, rasio distribusi zakat dengan mustahik, rasio infak-sedekah dengan masyarakat golongan kaya, rasio wakaf dengan biaya sosial dan lain sebagainya.
Pada rasio akumulasi zakat dengan jumlah mustahik (masyarakat miskin), jika angka rasionya dibawah angka kebutuhan dasar rakyat (yang sepatutnya sama dengan Upah Minimum Regional), maka kemanfaatan ekonomi kolektif masih rendah, karena ekonomi belum memberikan jaminan pasti bagi setiap masyarakat agar terbebas dari permasalah dasar ekonomi. Sementara pada rasio zakat dengan muzakki, sepatutnya diketahui seberapa jauh masyarakat kaya menunaikan kewajiban ekonomi mereka
Akhirnya saya mengajak kepada saudara-saudara semua, juga diri saya khususnya, untuk meningkatkan kemanfaatan diri di tahun 2009 ini. Kalaupun anda tidak memiliki sumber daya ekonomi untuk dimanfaatkan orang lain, setidaknya anda punya waktu, pikiran dan tenaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar