Tragedi Gaza dalam perspektif ekonomi ternyata memberikan kejelasan wajah manusia-manusia yang katanya baik. Manusia yahudi pertama yang dicoreng oleh tragedi ini. Prilaku mereka yang selalu dibungkus manis oleh diplomasi, hancur oleh data pembantaian mereka 5 menit di Gaza yang sama dengan usaha pembalasan Hamas dalam 5 tahun. Keserakahan dunia dalam bentuk terburuknya kini anda dapat lihat pada diri yahudi.
Keserakahan dan ketidakpedulian itu pula yang saat ini dan dalam beberapa waktu mendatang akan dipertontonkan oleh politisi dan calon politisi negeri ini. Ditengah kemiskinan dan kesengsaraan rakyat, mereka menghambur-hamburkan uang pada spanduk, digital printing, bendera, kaos, iklan dan lain sebagainya, hanya untuk mengabarkan bahwa mereka "orang baik", bahwa mereka calon pemimpin yang pantas, bahwa mereka siap menghentikan kesengsaraan kita.
Jangankan kepedulian pada Gaza, pada tetangga sekitarnya yang membutuhkan mungkin juga pengeluaran sosial calon-calon politisi ini jauh lebih kecil dari belanja iklan mereka. Lihatlah bagaimana politik sudah berubah menjadi industri. Politik sudah menjadi ajang profesi baru untuk mencari nafkah. Keserakahan sudah merubah setiap aktifitas menjadi tempat untuk men-generating income/profit.
Padahal yang saya tahu dan paham dari majelis-majelis pengajian, politik itu pelayanan. politik itu tempat para pemimpin yang memang mewakafkan dirinya untuk menjadi pelayan ummat. Disana wilayah orang-orang yang telah memiliki rasa keadilan tinggi, dimana prinsip yang mereka pegang adalah "pertama yang merasakan penderitaan dan terakhir yang merasakan kenikmatan". Dengan berbondong-bondongnya orang-orang kaya yang saat ini ingin menjadi politisi, pertanyaan yang menggelitik kemudian adalah: "apa mereka kenal dengan penderitaan?" Jangan-jangan kerja mereka nanti cari setinggi-tingginya kenikmatan dan serahkan penderitaan kepada rakyat.
Sedikit mengingkari anjuran Nabi untuk tidak berandai-andai, terbersit di benakku: kalau saja aku punya kuasa ingin ku tukar politisi itu dengan saudaraku di palestina, biar mereka kemari, dan politisi itu pindah ke Gaza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar