Ternyata ketentuan-ketentuan ibadah Islam memiliki peran masing-masing yang signifikan dalam dimensi ekonomi. Ketentuan ibadah yang pokok dan cukup dikenal adalah zakat. Keberadaan zakat dalam ekonomi ternyata memastikan berlangsungnya kegiatan ekonomi pada tingkat yang minimum.
Zakat yang bersifat wajib, berfungsi memastikan adanya tingkat permintaan minimal dalam pasar, yaitu permintaan barang kebutuhan pokok dari para mustahik. Zakat menjadi instrumen pemastian purchasing power masyarakat bawah (mustahik) oleh masyarakat kaya (muzakki). Dengan begitu, perekonomian tidak akan kehilangan daya serapnya yang minimal.
Bagaimana dengan ketentuan ibadah yang lain? Dalam waktu dekat ini, kita akan merayakan hari raya Idul Adha, dimana ritual ibadah yang akan dilakukan adalah pemotongan hewan Qurban dari masyarakat mampu kepada masyarakat tidak mampu. Apa fungsinya ketentuan ibadah ini dalam dimensi ekonomi?
Ibadah Qurban merupakan anjurat utama bagi masyarakat mampu untuk bersedia menyisihkan sebagian hartanya dalam bentuk hewan qurban untuk disembelih dan membagikan dagingnya kepada masyarakat miskin. Qurban menjadi event kebersamaan, karena penikmatannya bukan hanya bagi orang miskin, tetapi sebagian daging hewan qurban tersebut diperkenankan untuk dinikmati pemberi qurban.
Qurban menjadi event penting, dimana masyarakat kaya harus menjamu masyarakat miskin dengan hartanya. Dari aspek sosial ekonomi, qurban kembali memastikan interaksi yang harmoni antara masyarakat miskin dan kaya, tidak dalam patron belas kasihan tetapi dalam bentuk perjamuan. Qurban memastikan pemberian orang kaya kepada orang miskin dalam bentuk yang spesifik yaitu daging hewan qurban, bukan dalam bentuk yang mungkin lebih dibutuhkan oleh masyarakat miskin berdasarkan kondisi kekinian (current condition) seperti uang misalnya.
Pemastian bentuk pelayanan orang kaya kepada orang miskin ini tentu memiliki implikasi ekonomi yang unik dan spesifik. Dengan ibadah Qurban, masyarakat kaya berarti memastikan permintaan (demand) mereka terhadap barang produksi spesifik yaitu hewan qurban. Kepastian demand ini tentu saja akan memelihara supply. Artinya keberadaan qurban memastikan bahwa sektor peternakan hewan qurban selalu memiliki pasarnya sendiri. Besar kecilnya tingkat demand dan supply yang menentukan volume ekonomi qurban sangat ditentukan oleh keimanan orang-orang kaya.
Dengan sifat Qurban yang sukarela (anjuran utama bagi mereka yang mampu), merefleksikan bahwa keimanan memiliki peran yang vital dalam mendorong volume transaksi ekonomi akibat aktifitas qurban. Karena memang keimananlah yang mendorong apakah orang kaya mau berkurban atau tidak. Dengan keimanan pula masyarakat kaya menentukan apakah ia akan berkurban kambing atau sapi, satu atau dua hewan qurban, dengan asumsi bahwa mereka mampu atau memiliki harta yang cukup untuk itu.
Sekali lagi (dari beberapa tulisan saya tentang korelasi keimanan dan pertumbuhan ekonomi), terdapat banyak instrumen dalam ekonomi Islam yang menunjukkan bahwa peran keimananlah yang menentukan tingkat atau taraf perekonomian. Maka sudah sepantasnya tinggi-rendahnya keimanan menjadi parameter keberhasilan ekonomi. Dan qurban menjadi salah satu instrumen ekonomi yang menunjukkan korelasi keimanan dan taraf perekonomian.
Pada masa yang akan datang sepatutnya secara masal, qurban dikelola dengan lebih profesional. Misalnya masyarakat dikenalkan dan perlahan-lahan diarahkan agar mampu berkurban setiap tahun. Bagaimana caranya? Mungkin dapat dengan memunculkan lembaga keuangan atau produk keuangan baik perbankan maupun non-perbankan yang memberikan pelayanan tabung qurban.
Dengan tabung qurban masyarakat secara sengaja menyisihkan pendapatannya untuk jangka waktu satu tahun, agar ketika hari raya Idul Adha tiba mereka mampu menjamu masyarakat tidak mampu dengan hewan qurbannya. Interval satu tahun tentu akan membantu pula kapasitas industri keuangan dalam penyediaan dana bagi kegiatan perekonomian lain.
Dengan kondisi krisis keuangan global yang berlangsung saat ini, volume qurban yang tinggi tentu akan meningkatkan volume ekonomi domestik. Apalagi Indonesia memiliki populasi muslim yang terbesar di dunia, bermakna qurban memiliki potensi yang baik dalam menjaga perekonomian domestik, khususnya dalam kondisi krisis keuangan saat ini (lihat tulisan saya sebelumnya "Solusi Krisis: Mari Belanja").
Ayo mari ramai-ramai berkurban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar