London - Infopalestina: “Kehendak Gerakan Hamas dan Perlawanan untuk membebaskan rakyat Palestina tidak akan hancur menghadapi kebiadaban Israel dan serangannya. Meskipun mereka memblokade kami di Gaza, yang menjadi penjara terbesar di dunia.” Demikian ditegaskan Kepala Biro Politik Hamas Khaled Misy’al kepada barat dalam wawancara dengan harian Inggris The Guardian, edisi Selasa (6/1). Dia juga menyatakan gerakannya siap untuk melakukan gencatan batu dengan Israel dengan persyaratan yang sama sebagaimana tuntutan sebelumnya. Namun setelah semua pasukan Israel mundur dari Jalur Gaza.
Kepada seluruh dunia, khususnya kepada Barat, Misy’al menjelaskan penderitaan yang dialami rakyat Palestina. Dia menegaskan “Sudah lebih 18 bulan terjadi blockade dart, laut dan udara terhadap satu setengah juta Palestina di dalam penjara terbesar di dunia. Tak seorangpun boleh keluarkan, bahkan pasien sekalipun.”
Setelah blockade ini, lanjutnya, “Terjadi serangan membabi-buta ke Gaza yang sudah menderita dari segala hal. Tanpa ampun, pesawat-pesawat tempur Israel membombardir segala sesuatu. Bangunan-bangunan pemerintah dihacurkan, masjid-masjid diluluh-lantakkan di atas para jama’ahnya, rumah sakit-rumah sakit dibombardir, sekolah-sekolah dan pasar-pasar diratakan di atas siswa dan orang-orang yang ada di dalamnya.”
Dia mengatakan, “Selama sepuluh hari agresi, sudha lebih dari 540 orang gugur dan sekitar 3000 orang terluka, sepertiganya adalah kaum wanita dan anak-anak. Ditambah lagi keluarga-keluarga yang seluruh anggotanya dilumatkan saat mereka sedang tidur.”
Gencatan Baru
Gencatan Baru
Misy’al menegaskan bahwa gerakan Hamas bukanlah pihak yang bertanggung jawab atas berakhirnya gencatan senjata, di mana Hamas selalu komitmen selama 6 bulan masa gencatan. Meskipun Israel melanggarnya dengan serangan dari waktu ke waktu dan tetap gigih melanjutkan blockade yang mencekik Jalur Gaza sejak sekitar satu tengah tahun.
Misy’al menilai kebohongan klaim yang dilontarkan Israel bahwa roket-roket perlawanan yang ditembakkan ke pemukiman-pemukiman Israel adalah alasannya melancarkan agresi ke Gaza. “Tepi Barat sama sekali tidak menembakan satu roketpun selama gencatan. Meski demikian, Israel telah membunuh 50 orang hanya selama tahun 2008 kemarin. Belum lagi jumlah korban terluka yang terus bertambah. Israel juga memperluas koloni-koloni pemukiman Yahudi di Tepi Barat.”
Dia mengatakan, “Israel menikmati selama gencatan senjata. Sementara rakyat kami sama sekali tidak menikmati apa-apa selama gencatan.” Dan setelah gencatan berakhir, lanjut Misy’al, gerakan Hamas menyatakan kesiapannya melanjutkan gencatan baru yang menyeluruh. Mencakup pembebasan blockade dan pembukaan pelintasan-pelintasan Jalur Gaza khususnya Rafah. Namun ajakan kami itu tidak mendapatkan jawaban kecuali telinga-telinga yang tuli.”
Misy’al kembali menegaskan kesiapan gerakannya untuk melakukan gencata baru dengan syarat yang sama dengan sebelumnya. Bukan syarat-syarat yang didiktekan Israel. Dan ini tidak akan terjadi kecuali setelah semua pasukan Israel mundur dari Jalur Gaza.
Misy’al kembali menegaskan kesiapan gerakannya untuk melakukan gencata baru dengan syarat yang sama dengan sebelumnya. Bukan syarat-syarat yang didiktekan Israel. Dan ini tidak akan terjadi kecuali setelah semua pasukan Israel mundur dari Jalur Gaza.
Syarat-syarat yang dituntut Hamas untuk melaksanakan gencatan baru adalan pembebasan ribuan tahanan Palestina dari penjara Zionis Israel, penghentian permusuhan Israel yang berkelanjutan ke Jalur Gaza, pembebasan blockade, pembukaan pelintasan-pelintasan khususnya gerbang Rafah tanpa control Israel secara langsung maupun tidak langsung.
Misy’al mengatakan, “Sejatinya Israel menginginkan penghentian serangan dari satu pihak saja dan dia sendiri yang mengontrol rakyat Palestina. Sementara di sana tetap ada blockade, pelaparan, gempuran, pembunuhan, serangan dan perluasan pemukiman. Yang diinginkan Israel adalah agar korban menghentikan serangan.”
Misy’al mengatakan, “Sejatinya Israel menginginkan penghentian serangan dari satu pihak saja dan dia sendiri yang mengontrol rakyat Palestina. Sementara di sana tetap ada blockade, pelaparan, gempuran, pembunuhan, serangan dan perluasan pemukiman. Yang diinginkan Israel adalah agar korban menghentikan serangan.”
Kepala mereka yang menyerukan agar perlawanan menghentikan aksi-aksinya, Misy’al mengatakan, “Ini adalah logika tolol dan pandir. Mereka membebaskan agresor dan penjajah Israel yang bersenjata modern dan sangat mematikan dari tanggung jawab, sementara mereka mengecam korban, orang-orang yang dipenjara, yang mengalami serangan dan dirampas tanahnya.”
Misy’al mengaitkan antara awal tahun 2008 dan 2009. Bahwa di awal kedua tahun tersebut Israel melancarkan perang biadab terhadap orang-orang Palestina. Di tahun 2008, agresi Israel ke Jalur Gaza antara Januari dan Februari mengakibatkan lebih dari 140 warga Palestina di Jalur Gaza gugur. (seto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar