Minggu, 18 Januari 2009

Terima Kasih Gaza

23 hari kita dipertontonkan satu peristiwa yang fenomenal, peristiwa yang menantang eksistensi kemanusiaan, peritiwa perjuangan yang menyajikan bentuk puncak dari pengorbanan dan ketabahan. Gaza menjadi pusat perhatian dunia dalam 23 hari ini dan mungkin akan menjadi batu pijakan awal untuk perhatian-perhatian selanjutnya. Perjuangan sebentuk pengorbanan dan ketabahan disajikan secara massif oleh penduduk Gaza, untuk dijadikan pelajaran sekaligus cermin bagi seluruh ummat dunia.

Penghancuran dan pembantaian yahudi Israel terhadap Gaza ternyata memberikan hasil yang berharga bagi kita, Penyadaran! 23 hari penghancuran dan pembantaian adalah periode pembelajaran cepat bagi semua manusia memahami apa yang sebenarnya terjadi ditanah suci agama-agama samawi, baik secara politik, sejarah, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Pelajaran itu tidak hanya menyajikan data-data empiris tetapi juga hipotesa-hipotesa dari analisis-analisis. Sehingga kini pembelajaran itu berakhir pada penyadaran kita sebagai manusia Islam.

Kesadaran yang kini terangkat diantaranya; pertama, muslim kini menyadari bahwa persaudaraan Islam (ukhuwwah Islamiyah) menjadi sebuah kekuatan yang harus terus dibangkitkan. Mereka kini melihat saudara-saudaranya memiliki kesatuan hati, dari Maroko hingga Marauke, mereka meneriakkan seruan yang sama, lawan kezaliman! Kedua, pembantaian ini membuat kita sadar bahwa semakin jelas garis pemisah antara hak dan bathil, antara kebenaran dan kejahatan, bahkan pembantaian ini juga memisahkan antara mereka yang konsisten dalam perjuangan dengan mereka yang selalu meragu dalam melangkah. betul apa yang diserukan oleh Hamas ketika pembantaian ini bermula, bahwa ini adalah perang pembeda (al furqan). Anda ada dimana?

Ketika kesadaran kebersamaan dan reposisi muncul, maka kesadaran ketiga mengemuka, yaitu kesadaran untuk ikut berkontribusi dalam perjuangan Islam, meskipun bentuk awalnya adalah memberikan bantuan sebisa mungkin kepada saudara di Gaza, bantuan materi, doa, hingga penggalangan kampanye boikot terhadap Barat. Bahkan gerakan boikot membuat dunia Islam terangsang untuk membangun kemandirian, mencari sumber daya ekonomi alternative yang tidak menguntungkan Barat; makanan, jasa, barang manufaktur hingga perangkat software dan hardware teknologi informasi termasuk media internet.

Setelah ini kesadaran yang mulai terjadi adalah kesadaran pembenahan barisan, kesadaran bahwa pembangunan kemandirian Islam harus berujung pada pembangunan kekuatan. Kalimat-kalimat Islam harus menjadi kalimat yang didengar oleh mereka yang selama ini telah mempermainkan Islam, secara bangsa maupun ideoligi. Lihat saja apa yang terjadi dalam 1-2 hari setelah yahudi israel mengumumkan gencatan senjata, baru kemudian pemimpin-pemimpin Eropa menampakkan batang hidungnya, seolah-olah merekalah yang paling berjasa menstop pembantaian. Dan dengan “cantik” (baca licik) mengatakan bahwa Eropa akan melakukan apa saja untuk memperbaiki keadaan Gaza. Shame on you! Kemana saja mereka 23 hari lalu, kalau mereka punya kuasa, tentu tidak perlu upaya perbaikan Gaza tidak perlu dilakukan. Islam betul-betul mereka permainkan, sampai-sampai diantara ummat Islam banyak mereka yang bingung dan akhirnya berdiri dibelakang penjahat-penjahat itu, membantai saudaranya sendiri bukan dengan senjata, tetapi dengan lidahnya atau dengan diamnya.

Dan pada masa selanjutnya, kita akan lihat kesadaran untuk bergerak bersama diantara putra-putra Islam. Akan wujud kesadaran untuk melakukan langkah perjuangan secara bersama. Dan pada saat itulah nanti akan kita saksikan bentuk Islam yang sebenarnya, baik secara idiologi maupun secara bangsa.

Diatas kesadaran-kesadaran inilah, saya meyakini dimulainya peradaban baru bagi dunia, peradaban Islam. Perhatikan baik-baik waktu-waktu setelah ini, karena sedikit-demi sedikit sendi-sendi peradaban ini mulai bergerak untuk bangkit.

Tetapi ingat saudaraku, harga kesadaran dan pembuka pintu itu ternyata lebih 1300 nyawa putra-putra terbaik Gaza. Peradaban Islam mulai bergerak oleh pengorbanan dan ketabahanmu Gaza. Terima kasih.

Tidak ada komentar: