Cinta kepada agama sebenarnya refleksi dari cinta pada hidup dan kehidupan. Cinta ini untuk mempertahankan eksistensi diri yang sudah dianugerahkan Tuhan. Tuhan telah mengumpulkan materi-materi alam, dzat-dzat mati yang kemudian secara kolektif mampu mengidupkan mekanisme badan, kemudian dikombinasikan dengan tiupan ruh, yang membuat kita memiliki emosi dan rasa, memiliki budi dan cinta.
Setelah itu semua, ternyata kita tidak memberikan apa-apa pada Tuhan, bahkan ada yang tidak mengakui keberadaan-Nya. Semua sibuk dengan diri dan kepentingannya, seakan-akan dirinya adalah pusat sejarah dan alam semesta.
Sementara itu saya sendiri masih sering terpaku menyaksikan semua manusia dan segala prilaku. Meskipun tidak jarang saya larut dalam irama kehidupan yang penuh dengan kesia-siaan.
Sekedar renungan pagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar