Sabtu, 04 Oktober 2008

Krisis Ekonomi: Kekacauan Sistem dan Kerakusan Manusia

US Financial Crisis telah memberikan wajah lain dari ekonomi modern konvensional. Wajah yang dalam beberapa decade terakhir mulai menyita waktu para ekonom-nya untuk menganalisa apa yang salah dalam system ekonomi yang mereka anut dan kembangkan. Krisis yang menghantam kemapanan ekonomi Amerika dan menjalar pula ke Eropa ternyata membuat para ekonom terjaga. Sebelum ini mereka berfikir krisis hanyalah anomaly wajar ekonomi, karena mungkin selalunya krisis ini jarang “mampir” di Amerika dan Eropa. Krisis ini secara regular bergantian menampar ekonomi emerging market di Amerika Selatan dan Asia (Afrika hamper tak pernah mengalami hal ini karena relative pasar keuangannya tidak berkembang).

System ekonomi selalu mendorong ketimpangan (gap) antara ekonomi riil dan keuangan selalu ada dan semakin dalam jurangnya. Systemlah yang selalu mem-bubble-kan sector keuangan melalui instrument interest rate dan pembolehan aplikasi spekulatif. System membuat fungsi-fungsi alat transaksi seperti uang tidak menjalankan fungsinya secara utuh. Dalam dunia keuangan, uang akhirnya lebih dominan dimainkan dalam aplikasi-aplikasi judi karena ia sendiri menjadi komoditi dalam men-generate monetary gain. Sebelumnya system juga yang memaksa aktifitas ekonomi terbelah menjadi dua jenis transaksi; transaksi keuangan dan riil (barang dan jasa), maka kita kenallah ia menjadi sector moneter dan riil. Dengan karakteristik keuntungan yang fixed dan relative cepat didapatkan, sector keuangan kemudian tentu memilihi gaya gravitasi yang kuat bagi pemilik modal. Dan inilah yang membuat secara nature bubble selalu terjadi dan terpelihara.

Jika dilihat sepintas krisis yang terjadi sejak berakhirnya Breton Woods Agreement di dunia ini selalu berpangkal pada kerumitan aplikasi dan instrument dalam credit system. Krisis-krisis yang terjadi kemudian semakin diperparah dengan misbehave dari para pelakunya. Prilaku rakus dan orientasi pada pengejaran keuntungan maksimal individual dengan mengabaikan rambu-rambu penjagaan stabilitas, membuat anomaly masalah ekonomi semakin tak terbendung untuk pecah, bahkan kekerapan pecahnya kini semakin sering terjadi. Kekacauan system dan kerakusan manusia saling dukung mendukung dalam menghancurkan ekonomi. Artinya kesalahan system dan amoral manusia inilah sebenarnya yang akan menghantarkan ekonomi konvensional modern pada ujung usianya.

Tidak ada komentar: