Jumat, 28 Agustus 2009

HIKMAH RAMADHAN: DAKWAH!




Strategi dakwah itu banyak bentuk dan cukup variatif latar belakang alasannya. Namun yang perlu sama-sama disepakati adalah tujuannya, yang kurang lebih adalah Islahul Ummah (perbaikan masyarakat) menuju pada Al Mujtama’ Al Islamiyah (Masyarakat Islam) yang diidam-idamkan.

Strategi Dakwah memang punya ijtihadnya masing-masing, saya secara pribadi meyakini bahwa sumber dan modal dakwahitu tunggal yaitu Islam yang bersumber dari Qur’an dan Sunnah. Namun malangnya, terdapat banyak versi interpretasi Islam di akhir zaman ini. Sehingga sangat dibutuhkan kehati-hatian dan kesungguhan dalam memahami Islam. Apalagi jika kemudian ingin menyampaikan risalah Islam melalui dakwah.

Dakwah sepatutnya menjadi bagian dari Harokatul Inqod (gerakan penyelamatan), sehingga salah memilih strategi dan salah menyampaikan isinya, alih-alih menyelamatkan malah mungkin melemahkan atau bahkan menyesatkan.

Dengan pemikiran diatas, kita lihat medan dakwah saat ini, masyarakat kita tenggelam dalam penyakit wahn (cinta dunia takut mati) yang kronis. Namun yang menyenangkan adalah mulai bangkitnya semangat (hamasah) keislaman yang terus membesar pada masyarakat kita. Tetapi kerikil dakwah dan tipu daya syetan membuat semangat itu tenggelam dalam forum-forum diskusi saja, pengajian-pengajian yang memuaskan ruhani tanpa berbuah pada amal-amal perbaikan ummat. Orang-orang kaya semangat keislamannya disalurkan pada pengajian-pengajian tasawuf yang sifatnya menjadi ajang penunaian kewajiban ruhani, tanpa pernah berakhir pada perubahan sifat, sikap dan kebiasaan (amal). Pengajian-pengajian yang menjamur tidak kemudian berujung pada penyatuan gerakan perbaikan, penyatuan langkah dakwah.

Kalau sudah seperti ini, bukankah sangat wajar kita kemudian mempertanyakan apakah ada yang salah dalam dakwah, strateginya, materinya. Pernahkah dakwah disusun perencanaannya secara sistematis dan terukur? Pernahkah pula dilakukan evaluasinya? Sehingga kerja dakwah bukanlah pengulangan tetapi perbaikan yang berujung pada kondisi ummat yang semakin baik, semakin baik dan semakin baik. Membuat umat yang tidak tahu menjadi tahu, yang tahu menjadi paham, dan yang paham menjadi beramal, akhirnya yang beramal kemudian mengajak manusia lain untuk tahu, paham dan beramal. Dan harapannya akan ada gelombang amal yang kemudian merubah ummat.

Kalau ternyata dakwah hanya dilakukan tanpa perencanaan, tidak berkesinambungan, tidak sistematis dan terukur, dakwah akan kehilangan fungsinya. Atau mungkin kita memperlakukan dakwah hanya sekedar seperti kita berdagang, dimana dakwah berikut strategi dan isinya diperlakukan seperti produk, yang kemunculannya tergantung kekuatan demand dan supply.

Kalau kita masih perlakukan dakwah seperti berniaga, yakin deh kita tidak kemana-mana dan kita tidak merubah apa-apa.


Dakwah itu bukanlah tetesan air yang tak teratur yang tidak memberikan perubahan apa-apa tetapi ia ibarat tetesan air yang banyak yang turun pada satu tempat dan waktu yang sama, yang kemudian namanya berubah menjadi hujan, dimana tetesan-tetesan air itu membuat tak ada sejengkal tanahpun yang tak basah, menyuburkannya dan membuat udara menjadi lebih bersih.

Tidak ada komentar: