Ramadhan adalah tempat dan waktu yang sangat pribadi antara seorang manusia dengan Tuhannya. Sifat. Tuhan sendiri yang mengatakan kalau pahala puasa itu persoalan pribadi antara Dia dengan hambanya yang berpuasa. Tuhan langsung yang akan memberikan ganjaran puasa. Dan Ramadhan ini adalah saat-saat pribadi itu.
Waktu-waktu bersama Tuhan dibuka setiap saat pada Ramadhan ini, di waktu paginya, siangnya apalagi malamnya. Padahal Ramadhan boleh jadi sebuah sinyal bahwa Tuhan ingin bercengkrama dengan kita. Tuhan rindu dengan makhluk ciptaan-nya yang bernama manusia ini. Makhluk yang Ia sayang-sayang, sampai-sampai mekhluk terdahulunya diperintahkan sujud pada manusia. Tuhan sisihkan waktu berupa Ramadhan untuk bercengkrama melepas rindu. Bahkan Ramadhan menjadi seruan kepada semua makhluk kesayangannya yang lama berkelana jauh dari-Nya untuk kembali pada “pelukan” hangat-Nya.
Tidakkah kau dengar azan Ramadhan lebih syahdu seruannya, tidakkah kau rasakan tartil tilawah Qur’an Ramadhan lebih mendayu merdu nadanya, tidakkah kau kau sadari mejelis-majelis ilmu Ramadhan lebih teduh kumpulannya, tidakkah kau pahami amal-amal shaleh Ramadhan lebih membangkitkan selera dan semangat kehidupan, tidakkah Ramadhan membuat kita lebih tentram dan tersenyum. Duhai diri.. Tuhan sudah menunggu di sudut-sudut waktu Ramadhan, ya menantimu, menanti aku, menanti kita semua pada ruang-ruang pribadi-Nya.
Pernahkah sedikit kita mencari hikmah dari semua yang pernah kita alami? Ternyata Tuhan sudah mencoba mendekat pada kita, tetapi kita mengacuhkan-Nya. Pagi-pagi sekali Tuhan mencoba mendekat melalui kehadiran pengemis yang meminta sedikit receh yang tersisa di saku kita, tetapi dengan dalih buru-buru, keluar kalimat “lain kali ya bu”. Menjelang siang telephone kita berdering dari seorang famili yang terdesak keadaan mengharapkan pinjaman. Namun setelah berbasa-basi panjang lagi-lagi kita tolak permohonannya dengan alasan sisa tabungan kita hanya cukup untuk berjaga-jaga. Padahal kita pun belum tahu pasti berjaga-jaga untuk apa.
Siang harinya selesai kita tunaikan kewajiban dzuhur, seorang kawan meminta waktumu untuk sekedar mendengarkan keluh kesahnya dari sederet masalah yang menderanya, tetapi dengan halus kita katakan “lewat sms aja ya, aku mau ke ATM, harus bayar kartu kreditku yang jatuh tempo”. Padahal kita tahu kawan itu tidak punya handphone. Menjelang sore, email kita kedap-kedip, kita terima email dari seorang kawan yang butuh dana untuk membantu pengobatan anaknya. Entah sengaja atau tidak akhirnya kita perlakukan email itu seperti emal biasa lainnya; baca kemudian lupakan. Sore hari, menjelang senja, malam hari, kita dihadapkan momen-momen serupa tetapi respon kita tetap sama, acuh.
Kita sedikit insyafi diri. Bukankah Tuhan setiap saat ingin dekat? Ingin memberikan kasih sayang-Nya? Menumpahkan semua hidayah yang Dia punya hanya untuk kita. Tetapi kitalah yang kemudian membuat “pertemuan” cinta itu tidak terjadi. Kita lari menjauh dari uluran tangan dan pelukan-Nya.
Ramadhan, saat dimana Tuhan bentangkan tangan-Nya di semua sudut waktu, di setiap ruang dan setiap peristiwa. Bahkan jalan menuju-Nya, Tuhan berikan banyak cahaya, agar kita tahu arah kemana kita menuju. Ramadhan, waktu khusus kita dengan Dia.
Waktu-waktu bersama Tuhan dibuka setiap saat pada Ramadhan ini, di waktu paginya, siangnya apalagi malamnya. Padahal Ramadhan boleh jadi sebuah sinyal bahwa Tuhan ingin bercengkrama dengan kita. Tuhan rindu dengan makhluk ciptaan-nya yang bernama manusia ini. Makhluk yang Ia sayang-sayang, sampai-sampai mekhluk terdahulunya diperintahkan sujud pada manusia. Tuhan sisihkan waktu berupa Ramadhan untuk bercengkrama melepas rindu. Bahkan Ramadhan menjadi seruan kepada semua makhluk kesayangannya yang lama berkelana jauh dari-Nya untuk kembali pada “pelukan” hangat-Nya.
Tidakkah kau dengar azan Ramadhan lebih syahdu seruannya, tidakkah kau rasakan tartil tilawah Qur’an Ramadhan lebih mendayu merdu nadanya, tidakkah kau kau sadari mejelis-majelis ilmu Ramadhan lebih teduh kumpulannya, tidakkah kau pahami amal-amal shaleh Ramadhan lebih membangkitkan selera dan semangat kehidupan, tidakkah Ramadhan membuat kita lebih tentram dan tersenyum. Duhai diri.. Tuhan sudah menunggu di sudut-sudut waktu Ramadhan, ya menantimu, menanti aku, menanti kita semua pada ruang-ruang pribadi-Nya.
Pernahkah sedikit kita mencari hikmah dari semua yang pernah kita alami? Ternyata Tuhan sudah mencoba mendekat pada kita, tetapi kita mengacuhkan-Nya. Pagi-pagi sekali Tuhan mencoba mendekat melalui kehadiran pengemis yang meminta sedikit receh yang tersisa di saku kita, tetapi dengan dalih buru-buru, keluar kalimat “lain kali ya bu”. Menjelang siang telephone kita berdering dari seorang famili yang terdesak keadaan mengharapkan pinjaman. Namun setelah berbasa-basi panjang lagi-lagi kita tolak permohonannya dengan alasan sisa tabungan kita hanya cukup untuk berjaga-jaga. Padahal kita pun belum tahu pasti berjaga-jaga untuk apa.
Siang harinya selesai kita tunaikan kewajiban dzuhur, seorang kawan meminta waktumu untuk sekedar mendengarkan keluh kesahnya dari sederet masalah yang menderanya, tetapi dengan halus kita katakan “lewat sms aja ya, aku mau ke ATM, harus bayar kartu kreditku yang jatuh tempo”. Padahal kita tahu kawan itu tidak punya handphone. Menjelang sore, email kita kedap-kedip, kita terima email dari seorang kawan yang butuh dana untuk membantu pengobatan anaknya. Entah sengaja atau tidak akhirnya kita perlakukan email itu seperti emal biasa lainnya; baca kemudian lupakan. Sore hari, menjelang senja, malam hari, kita dihadapkan momen-momen serupa tetapi respon kita tetap sama, acuh.
Kita sedikit insyafi diri. Bukankah Tuhan setiap saat ingin dekat? Ingin memberikan kasih sayang-Nya? Menumpahkan semua hidayah yang Dia punya hanya untuk kita. Tetapi kitalah yang kemudian membuat “pertemuan” cinta itu tidak terjadi. Kita lari menjauh dari uluran tangan dan pelukan-Nya.
Ramadhan, saat dimana Tuhan bentangkan tangan-Nya di semua sudut waktu, di setiap ruang dan setiap peristiwa. Bahkan jalan menuju-Nya, Tuhan berikan banyak cahaya, agar kita tahu arah kemana kita menuju. Ramadhan, waktu khusus kita dengan Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar