Riuh rendah pembicaraan tentang terorisme di tanah air ternyata pengaruhnya sampai pada kerja-kerja Dakwah yang selama ini sudah menjadi pilihan banyak orang. Saya sendiri akhirnya harus tersenyum kecut menyikapi perkembangan akhir-akhir ini.
Kecenderungan agar berhati-hati terhadap forum-forum pengajian, berhati-hati pada orang-orang yang aktif berbuat baik dan mengajak berbuat baik, berhati-hati pada ustadz dan kehati-hatian yang lain. Kehati-hatian ini merupakan himbauan positif yang mencoba memecahkan masalah yang dihadapi saat ini. Tetapi harus diakui bahwa kehati-hatian yang berlebihan membuat kecurigaan yang tidak kondusif bagi interaksi kemasyarakatan.
Bahkan disalah satu website berita nasional memberikan opini bahwa “teroris” memiliki kebiasaan mengontrak rumah, bergaul aktif di masjid-masjid serta rajin membuka pengajian pemuda dan remaja. Masya Allah, sejauh itukah kecurigaan harus dibangun. Akhirnya kerja-kerja kebaikan (dakwah) harus berhadapan dengan gosip, hasutan, kecurigaan yang berlebihan.
Saya sempat bercanda dengan teman, ciri-ciri yang dituliskan oleh opini website di atas itu “gue banget”; ngontrak rumah, dapat amanah menjadi pengurus masjid dan berusaha menghidupkan pengajian-pengajian mahasiswa, pemuda dan remaja.
Ada segelintir manusia yang frustasi melihat keadaan ummat Islam, dan dengan semangat yang berlebihan mengambil jalan yang tidak ahsan (baik) dalam kelaziman dakwah. Melakukan pembelaan ummat dengan cara yang tidak tepat. Terkadang saya berdoa meminta Allah SWT memberikan petunjuk kepada semua pihak, yang benar itu tampak kebenarannya dan yang salah betul-betul kelihatan kesalahannya, dan Allah SWT berikan kemudahan kami menjalani masa-masa fitnah sebelum dan sesudahnya.
Kami yang mengambil jalan “pembelaan” ummat dengan mencoba membumikan Islam dan mensosialisasikan Islam pada ummat yang saat ini jauh dari Islam, akhirnya harus juga menanggung “hukuman” sosial. Hukuman yang tercipta oleh opini, ketakutan, kecurigaan atau bahkan hasutan.
Saya kemudian hanya menginsyafi diri saja, coba meyakinkan diri, bahwa ini salah satu ujian dakwah. Yang sudah menjadi kefitrahan jalan ini. Jalan ini tidaklah mulus, lancar dan lengkap dengan banyaknya fasilitas. Jalan ini adalah jalan perjuangan, sekaligus jalan yang menuntut pengorbanan.
Saya sadar saya jauh dari pantas untuk disebut orang yang shaleh apalagi beriman. Tetapi setidaknya saya adalah orang yang mencoba dan berusaha keras untuk menjadi orang shaleh dan beriman. Saya tidak peduli apakah nanti saya akan menjadi beriman atau shaleh, tetapi saya akan dan selalu pastikan kalau saya ada di jalan menuju kesana. Sampai sejauh ini, jalan inilah yang saya pilih.
Kecenderungan agar berhati-hati terhadap forum-forum pengajian, berhati-hati pada orang-orang yang aktif berbuat baik dan mengajak berbuat baik, berhati-hati pada ustadz dan kehati-hatian yang lain. Kehati-hatian ini merupakan himbauan positif yang mencoba memecahkan masalah yang dihadapi saat ini. Tetapi harus diakui bahwa kehati-hatian yang berlebihan membuat kecurigaan yang tidak kondusif bagi interaksi kemasyarakatan.
Bahkan disalah satu website berita nasional memberikan opini bahwa “teroris” memiliki kebiasaan mengontrak rumah, bergaul aktif di masjid-masjid serta rajin membuka pengajian pemuda dan remaja. Masya Allah, sejauh itukah kecurigaan harus dibangun. Akhirnya kerja-kerja kebaikan (dakwah) harus berhadapan dengan gosip, hasutan, kecurigaan yang berlebihan.
Saya sempat bercanda dengan teman, ciri-ciri yang dituliskan oleh opini website di atas itu “gue banget”; ngontrak rumah, dapat amanah menjadi pengurus masjid dan berusaha menghidupkan pengajian-pengajian mahasiswa, pemuda dan remaja.
Ada segelintir manusia yang frustasi melihat keadaan ummat Islam, dan dengan semangat yang berlebihan mengambil jalan yang tidak ahsan (baik) dalam kelaziman dakwah. Melakukan pembelaan ummat dengan cara yang tidak tepat. Terkadang saya berdoa meminta Allah SWT memberikan petunjuk kepada semua pihak, yang benar itu tampak kebenarannya dan yang salah betul-betul kelihatan kesalahannya, dan Allah SWT berikan kemudahan kami menjalani masa-masa fitnah sebelum dan sesudahnya.
Kami yang mengambil jalan “pembelaan” ummat dengan mencoba membumikan Islam dan mensosialisasikan Islam pada ummat yang saat ini jauh dari Islam, akhirnya harus juga menanggung “hukuman” sosial. Hukuman yang tercipta oleh opini, ketakutan, kecurigaan atau bahkan hasutan.
Saya kemudian hanya menginsyafi diri saja, coba meyakinkan diri, bahwa ini salah satu ujian dakwah. Yang sudah menjadi kefitrahan jalan ini. Jalan ini tidaklah mulus, lancar dan lengkap dengan banyaknya fasilitas. Jalan ini adalah jalan perjuangan, sekaligus jalan yang menuntut pengorbanan.
Saya sadar saya jauh dari pantas untuk disebut orang yang shaleh apalagi beriman. Tetapi setidaknya saya adalah orang yang mencoba dan berusaha keras untuk menjadi orang shaleh dan beriman. Saya tidak peduli apakah nanti saya akan menjadi beriman atau shaleh, tetapi saya akan dan selalu pastikan kalau saya ada di jalan menuju kesana. Sampai sejauh ini, jalan inilah yang saya pilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar