Dalam banyak tulisan dan kesempatan saya selalu mengungkapkan argumen bahwa Ekonomi Islam secara umum “bermain” pada dua area, yaitu prilaku manusia dan sistem aplikasi. Akidah dan akhlak Islam menjadi inspirasi utama terbentuknya prilaku ekonomi masif dalam sebuah perekonomian. sementara syariat Islam memberikan warna dan bentuk operasional ekonomi yang harus dipatuhi oleh setiap pihak.
Ramadhan sebagai sebuah bulan spesial yang memberikan peluang manusia untuk baik dihadapan Tuhan, memiliki berbagai kriteria khusus dalam Ramadhan yang membuat manusia berprilaku khusus pula, seperti prilaku yang lebih dermawan, lebih menahan diri untuk konsumtif, menjaga diri dari konsumsi yang sia-sia, dan lain sebagainya. Ramadhan memberikan atmosfer yang berbeda yang membuat orang berprilaku “beda”. Dengan begitu, mudah bagi perekonomian Islam mendapatkan “pembeli”-nya, mudah menjalankan sendi-sendi sistemnya.
Oleh sebab itu, sangat tepat jika Ramadhan menjadi laboratorium ekonomi syariah. Bagi pemerhati, Ramadhan bermanfaat menemukan hipotesa-hipotesa teori ekonomi Islam, karena prilaku kebaikan muncul di permukaan berupa aktifitas ekonomi masyarakat. Bagi praktisi, Ramadhan menjadi bulan yang bersahabat untuk menjalankan propagandanya memperbesar pasar dan volume usaha mereka. Bagi ulama dan regulator, Ramadhan menjadi momen yang paling tepat untuk meng-upgrade pengetahuan, pemahaman sekaligus militansi masyarakat terhadap aktifitas-aktifitas ekonomi Islam. Bahkan Ramadhan harus bisa memunculkan tingkat penerimaan dan keberpihakan semua pihak terhadap perekonomian Islam.
Semoga jejak Ramadhan selalu ada pada bulan-bulan setelahnya, sehingga Ramadhan selanjutnya kita tidak mengulang-ulang kerja-kerja yang sama dalam pengembangan ekonomi Islam di tanah air. Amin.
Ramadhan sebagai sebuah bulan spesial yang memberikan peluang manusia untuk baik dihadapan Tuhan, memiliki berbagai kriteria khusus dalam Ramadhan yang membuat manusia berprilaku khusus pula, seperti prilaku yang lebih dermawan, lebih menahan diri untuk konsumtif, menjaga diri dari konsumsi yang sia-sia, dan lain sebagainya. Ramadhan memberikan atmosfer yang berbeda yang membuat orang berprilaku “beda”. Dengan begitu, mudah bagi perekonomian Islam mendapatkan “pembeli”-nya, mudah menjalankan sendi-sendi sistemnya.
Oleh sebab itu, sangat tepat jika Ramadhan menjadi laboratorium ekonomi syariah. Bagi pemerhati, Ramadhan bermanfaat menemukan hipotesa-hipotesa teori ekonomi Islam, karena prilaku kebaikan muncul di permukaan berupa aktifitas ekonomi masyarakat. Bagi praktisi, Ramadhan menjadi bulan yang bersahabat untuk menjalankan propagandanya memperbesar pasar dan volume usaha mereka. Bagi ulama dan regulator, Ramadhan menjadi momen yang paling tepat untuk meng-upgrade pengetahuan, pemahaman sekaligus militansi masyarakat terhadap aktifitas-aktifitas ekonomi Islam. Bahkan Ramadhan harus bisa memunculkan tingkat penerimaan dan keberpihakan semua pihak terhadap perekonomian Islam.
Semoga jejak Ramadhan selalu ada pada bulan-bulan setelahnya, sehingga Ramadhan selanjutnya kita tidak mengulang-ulang kerja-kerja yang sama dalam pengembangan ekonomi Islam di tanah air. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar