Jumat, 10 Oktober 2008

Zakat sebagai Alat Peredam Krisis

Sudah menjadi kelaziman kalau masyarakat kelas bawah akan merasakan hantaman krisis paling parah diantara golongan masyarakat yang ada. Gejala inflasi akibat nilai tukar yang melemah, tingginya suku bunga karena likuiditas yang ketat dan peningkatan unemployment karena perlambatan pertumbuhan ekonomi, akan mendorong golongan masyarakat kelas bawah sebagai korban pertama dari krisis sekaligus korban yang merasakan kesulitan ekonomi yang paling parah.

Jaring pengaman social harus tetap menjadi perhatian pemerintah dalam situasi tidak menentu seperti sekarang ini. Upaya pengamanan atau pencegahan masalah social harus diakui sangat penting, karena sekali saja krisis ekonomi berubah menjadi krisis social, proses pemulihannya akan jauh lebih membutuhkan effort. Memang belum bisa dikatakan Indonesia sudah masuk dalam pusaran krisis keuangan yang bom-nya sudah meledak di Amerika dan Eropa, namun dengan logika sistem keuangan global yang terintegrasi, Indonesia pasti akan merasakan pengaruhnya.

Berbagai analisa sudah mengklasifikasikan apa yang terjadi di Amerika mirip sekali dengan peristiwa Great Depression yang juga pernah dialami mereka pada 1930-an. Pada saat itu perekonomian (khususnya amerika) mengalami depresi ekonomi sampai pada level under-consumption. Perekonomian kala itu betul-betul tidak bergerak. Namun kemudian John Meynard Keyness mengkritik pendekatan ekonomi market mechanism yang selama ini dilakukan oleh Negara-negara amerika dan eropa, dan mengusulkan agar pemerintah melakukan intervensi dengan meningkatkan government spending untuk memecahkan masalah under-consumption. Ide ini berhasil.

Dengan maksud yang sama, pada dasarnya perekonomian Islam memiliki mekanisme yang secara nature mencegah perekonomian tenggelam dalam situasi under-consumption. Pilar pertama ekonomi Islam mewajibkan berlakunya mekanisme zakat, dimana masyarakat golongan bawah akan dipastikan selalu memiliki income yang berarti selalu memiliki purchasing power. Dengan begitu perekonomian selalu dijaga tingkat agregat demand-nya pada level yang minimum yaitu permintaan kebutuhan dasar. Sehingga pada akhirnya roda perekonomian tidak akan pernah berhenti karena kekuatan supply selalu menemukan pasangannya, yaitu kekuatan demand.

Dengan mekanisme ini pula krisis ekonomi tidak berubah menjadi krisis social karena siapa saja warga Negara yang masuk menjadi golongan paling dasar dalam piramida ekonomi akan selalu dijaga kepentingan ekonominya. Sementara melalui program ekonomi Islam yang lain krisis ekonomi yang bersumber dari krisis keuangan sepatutnya dapat dicegah untuk selalu muncul. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: