Senin, 21 Desember 2009
Hartamu adalah Pedangmu
Hartamu adalah pedangmu untuk menakhlukkan dunia, bukan pedang dunia untuk menakhlukkanmu. Jangan semakin banyak harta yang kau punya, semakin tersita waktu-waktu pribadimu bersama Tuhan, semakin sibuk dan akrab kamu dengan harta-hartamu, semakin hilang akal sehatmu untuk menjaga kesadaran pada kerja-kerja kebaikan.
Harta sepatutnya tidak membuat kita mati rasa dengan kebaikan dan kerja-kerja mewujudkannya. Jangan lihat gemerlap kenikmatan di balik harta, tetapi lihatlah melimpahnya kemanfaatan dan kemuliaan yang meliputinya. Jangan gelap mata dan hati karena silaunya harta, yang akhirnya menyingkirkanmu dari barisan pejuang amal shaleh
Agar tetap ada dalam kesadaran, dimana hati selalu terjaga, jiwa terhindar dari gelapnya kebenaran, maka selalu disiplinlah pada rutinitas ibadah; shalat, shaum, qiyam, dzikir pagi dan petang serta perbanyaklah infak sedekah. Lakukan apa saja untuk mensucikan jiwa dan harta. Jual keduanya pada pembeli yang paling berhak, yaitu Allah dengan imbalan syurga yang maha indah. Berdoalah kepada Allah agar hatimu selalu condong pada-Nya, mintalah kemudahan pada semua usahamu. Setelah itu, semoga kesadaran selalu bersama kita.
Ingat-ingat juga dengan cerita-cerita orang-orang mulia terdahulu. Cermati sikap mereka terhadap melimpahnya harta yang mereka punya. Ada yang lebih rela meninggalkan anak keturunannya bersama Allah dan Rasulnya daripada ia tinggalkan diatas tumpukan harta. Ada yang secara lantang dan dengan keyakinan tanpa cacat, mengatakan ia tak butuh belas kasihan untuk kehidupan ia dan keluarganya esok hari, karena ia masih yakin pada rizki Allah yang melimpah bagi seluruh hamba-Nya. Bahkan ada yang sudah menutup dunianya dari harta-harta yang menggoda, sampai-sampai lidahnya yang telah diakui Nabi selalu diijabah doa yang keluar darinya, tidak pernah meratap meminta kemegahan harta, beliau hanya minta mati dengan cara yang paling terhormat.
Kepada anda yang belum mengenal harta, belum akrab dengannya, belum begitu kenal dengan godaan dan ujiannya, bersyukurlah dan kemudian latihlah hati dan jiwa agar kuat menghadapi godaan dan ujian-ujiannya. Dengan kekuatan hati dan jiwa serta keshalehan, harta akan menjadi alat menuju kemuliaan, menjadi sebaik-baik harta. Kalaupun harta tidak pernah melimpah ditangan anda, itu adalah kemuliaan lain yang Allah takdirkan, tersenyumlah karena Allah tidak berikan fitnah yang akan mampu menghancurkan dunia anda.
Kepada para pemegang amanah harta-harta dunia, pastikan keshalehan ada pada dirimu. Kekayaan materi berupa harta harus diimbangi dengan kekayaan iman berupa keshalehan, sehingga semua yang berada di sekitar harta dunia akan merasakan kesejukan, ketentraman dan kenyamanan. Dan dengan itu, mereka menghamba dengan sepenuh kemampuan dan kesanggupan. Sungguh pada kekayaan dan kemiskinan masing-masing memiliki kemuliaannya sendiri-sendiri. Kezuhudan orang kaya akan selalu membuatnya ada dipuncak piramida manusia-manusia mulia, dan qona’ah orang miskin akan menempatkannya pada barisan terdepan jama’ah akherat menuju syurga. Bingkai keduanya adalah ketakwaan pada Allah SWT.
Kepada para mujahid dakwah, berikan ketauladanan seperti apa harta harus disikapi. Latih terus diri anda untuk menjadi manusia yang terbaik menyikapi fitnah dunia yang satu ini. Harta tidak boleh mengurangi gerak-gerak dakwah yang telah diamanahkan padamu, atau bahkan menghentikan langkah dakwahmu. Bagi seorang mujahid dakwah, sekedar diam saja adalah kesia-siaan yang merusak dakwah. Kewajiban dakwah begitu besarnya. Ia membutuhkan mujahid untuk menuntaskan dan menyelesaikan amanah dakwah ini, agar Islam kembali memberikan manusia keselamatan. Oleh karena itu, jangan sibuk dengan hartamu. Semangat mencari harta adalah semangat menyebarkan kemanfaatan diri, bukan untuk menikmati dan tenggelam dalam kemewahannya. Mari kita hantarkan manusia pada takdir yang semestinya, yaitu kemuliaan diatas semua makhluk Tuhan, menjadi penikmat syurga yang abadi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar