Selasa, 08 Desember 2009
Peduli
Murah sekali jiwa ummat Islam ya. Ledakan bom di Baghdad, Mogadishu, Islamabad, Peshawar, Mindanao dan pemboman di Gaza, sudah menjadi berita keseharian. Yang saya khawatirkan hati kita menjadi mati rasa dengan berita-berita seperti itu. Dan akhirnya pesan Nabi tentang “ummat Islam itu bersaudara dan seolah satu tubuh” menjadi tidak memiliki makna di akhir zaman ini.
Harus ada yang tampil mengingatkan ummat yang “ga mau tau” ini. memberikan mereka contoh seperti apa seharusnya seorang muslim peduli dengan muslim lain. Mereka bisa bantu menggunakan kekuasaannya, hartanya, lisannya atau hanya dengan doanya. Yang penting ada kekhusyukan dalam memikirkan muslim yang lain.
Konsep peduli ini bahkan menjadi nilai yang sangat mendasar dalam ekonomi Islam. Praktek niaga bagi hasil, jual-beli dan sewa-menyewa didasari penuh oleh konsep saling kenal, saling paham, saling percaya dan saling peduli. Bahkan dalam akhlak pergaulan hidup konsep saling peduli menjadi parameter kita beriman atau tidak. Dengan peduli kita akan tahu mana tetangga yang lapar dan memerlukan bantuan.
Konsep peduli yang semakin terbangun dengan baik, pada satu titik akan mendorong kuantitas transaksi-transaksi ekonomi sekaligus kualitas ekonomi. Atas motif peduli seseorang dapat saja menanamkan modal kerja pada orang lain, meminjamkan kebunnya, menghibahkan tanahnya, menginfakkan uangnya dan lain sebagainya. Dengan peduli sebagai dasarnya, banyak orang yang tadinya tak aktif berekonomi, dapat menjadi pelakunya secara rutin dan berkembang.
Nah, sekarang pertanyaannya, dari mana kepedulian itu datang. seorang Ustadz mengajarkan; dimana saja, kapan saja, jika kau temui orang yang tidak kau kenal, maka perkenalkanlah dirimu. Ya, pintu gerbang peduli adalah perkenalan. Dari perkenalan, harapannya akan muncul benih-benih saling memahami dan akhirnya saling tahu kapan saatnya harus saling membantu, saling peduli.
Mudah ya sebenarnya membangun peradaban Islam ini. Tetapi saya sepakat, yang susah itu menjaga konsentrasi kesadaran pada niat-niat tadi, konsentrasi pada kepedulian atas dasar berbagi kemanfaatan dan kebaikan, konsentrasi untuk tidak selalu fokus pada kepentingan-kepentingan pribadi.
Itu mengapa sering saya sampaikan pada sahabat-sahabat saya, teman-teman mahasiswa atau siapa saja yang saya kenal, bahwa saya butuh mereka untuk saling menjaga konsentrasi, untuk saling menjaga kepedulian. Hmmm bukankah itu hakikat kita bersaudara dalam Islam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar