Senin, 21 Desember 2009

Bangunan Teori Prilaku Ekonomi Islam


Ketika berdiskusi dalam sebuah sesi training tentang prilaku ekonomi Islam, tidak terasa kami membahas filosofi dasar terbangunnya model atau teori prilaku ekonomi. Teori prilaku ekonomi pada hakikatnya terikat pada ruang, waktu dan objek model prilaku. Teori prilaku ekonomi sederhananya adalah prilaku konsisten dari pelaku ekonomi merespon peristiwa/keadaan/masalah ekonomi mereka.

Teori tersebut terbangun dan tersusun dari observasi pada prilaku sama manusia secara mayoritas. Jika asumsi ini yang dijadikan dasar, maka teori tersebut memiliki limitasi yang sangat jelas. Yaitu teori prilaku tersebut sangat bergantung pada karakteristik observasinya. Karakteristik observasi itu meliputi wilayah (ruang) pelaku ekonomi, waktu observasi dan pelaku sebagai objek observasi.

Wilayah tertentu memiliki budaya prilakunya sendiri-sendiri, nuansa kolektifitas dan individualis bervariasi mengikuti perbedaan wilayah observasi. Dengan begitu, boleh jadi prilaku ekonomi akan berbeda jika dilakukan observasi di tempat yang berbeda. Perlu juga diingat bahwa prilaku ekonomi itu juga bisa digolongkan sebagai budaya atau nilai, dimana nilai-nilai bisa tertransfer antar komunitas yang kemudian membuat hasil observasi menjadi bias. Artinya prilaku ekonomi tidak menjadi teori yang genuine. Misalnya agresi budaya barat pada seluruh pelosok bumi melalui kolonialisme atau kecanggihan teknologi informasi membuat budaya satu tempat tertentu (barat) menjadi budaya umum (dunia).

Sementara itu, waktu atau zaman tertentu memiliki pula budaya atau prilaku ekonominya sendiri. Sehingga perubahan zaman akan merubah pula karakteristik lingkungan, bentuk interaksi, nilai-nilai, dan lain sebagainya, yang kemudian mempengaruhi pola prilaku ekonomi. itu mengapa, sadar atau tidak teori prilaku ekonomi terus mengalami perubahan seiring dengan bergulir dan bergantinya zaman. Misalnya teori prilaku ekonomi klasik yang muncul pada masa merkantilis yang kental dengan nilai-nilai materialisme, sehingga nuansa teori prilaku ekonomi klasik kental pula dengan orientasi materialisme. Sementara pada zaman modern, isu humanis melalui nilai-nilai simpati dan empati mulai menginspirasi dan mempengaruhi teori-teori prilaku ekonomi modern.

Adapun pelaku yang menjadi objek observasi juga menentukan seperti apa teori prilaku, bahkan faktor inilah yang paling menentukan bentuk ekonomi secara general. Nilai-nilai umum dari sifat alami manusia yang bersandar pada kefitrahan mereka sebagai manusia menjadi asumsi dasar penyusunan teori prilaku ekonomi. Tidak heran, warna dan bentuk teori prilaku ekonomi bernuansa sama dengan kecenderungan alamiah manusia. Nilai-nilai itu dapat dianggap sebagai nilai-nilai internal manusia, tidak ada intervensi nilai eksternal yang mempengaruhi prilaku ekonomi mereka.

Coba bayangkan, bagaimana jika yang menjadi objek observasi penyusunan teori prilaku ekonomi itu adalah manusia-manusia mulia Islam terdahulu, para sahabat Rasul dan para aulia yang mampu menghadirkan kemakmuran ekonomi bersandar pada nilai-nilai akidah, akhlak dan syariah Islam. Bayangkan teori prilaku ekonomi seperti apa yang terbentuk. Bagaimana jika yang menjadi objek observasi penyusunan teori prilaku ekonomi adalah manusia-manusia seperti Salman al Farisi, Umeir bin Saad, Barra bin Malik atau Abdurrahman bin Auf? Boleh jadi akan ada perubahan 180 derajad dari teori prilaku ekonomi yang ada saat ini di dunia modern. Teori utility yang berorientasi pada pemaksimalan kepuasan melalui okupasi materi berubah menjadi teori kebahagiaan yang berorientasi pada pemaksimalan kemuliaan diri melalui optimalisasi kemanfaatan sumberdaya ekonomi.

Tidak ada komentar: